KAMI BINGKAI SEPTEMBER DENGAN JUJUR


Kami bertemu di suatu jingga
Menghimpun niat, merunut langkah
Disusupi getar pesona

Kami bersujud dalam pasrah
Mengharap sakinah mengganti resah
Meresap makna, menyusun kata
Hati mencinta telah tercipta

Kami rindu langit biru
Langit saat kami disatukan
Bersama meretas mimpi
Seribu tahun ke depan

Kami Bingkai September dengan Jujur

”Pada suatu hari datanglah seorang Arab Badui menghadap Rasulullah SAW. Ia meyatakan diri ingin masuk agama Islam. Namun ia mengajukan syarat ingin masuk Islam, tetapi tidak mau meninggalkan kebiasaan buruk lamanya seperti berzina, minum-minuman keras, dan mencuri. Rasulullah SAW dengan ramah dan bijaksana memperbolehkan orang tersebut masuk Islam tapi dengan syarat juga, yaitu ia harus jujur serta bersedia sholat berjamaah di masjid. Sebuah syarat yang sangat mudah pikir si Arab Badui itu, kemudian ia terima dengan gembira. Sejak itu, resmilah ia menjadi seorang muslim. Setiap usai sholat berjamaah dan pemberian pelajaran tentang Islam, Si Arab Badui tersebut selalu ditanya aktivitas kesehariannya. Maka ia pun dengan jujur menjawab bahwa ia masih melakukan kebiasaan lamanya itu. Ia tidak bisa berbohong sebab ia telah berjanji untuk jujur. Singkat riwayat, dengan istiqomah mengamalkan kejujuran, seorang Arab Badui akhirnya berhasil secara alami meninggalkan kebiasaan buruk lamanya sehingga ia sukses menjadi muslim sejati”.
Islam datang menawarkan sifat jujur sebagai solusi, menggantikan zaman jahiliyah yang berlumur dusta dan dosa. Dan kami percaya, kejujuran adalah benteng kebaikan. Dan kami sama-sama menginginkan pernikahan kami disesaki hanya dengan kebaikan. Maka dengan bingkai kejujuran, semoga akan tercipta sebuah rumah tangga bak surga dunia, yang di dalamnya ada suami istri yang saling kasih mengasihi, yang semakin hari kian betaqwa, yang saling berpacu dalam tilawah dan murojaah. Ada anak-anak yang sholeh dan cerdas, yang akan berceloteh riang tentang jutaan cita dan cintanya, yang akan semakin menguatkan barisan dakwah Islam. Ada rezeki yang halal dan berkah, yang selalu membuat pemiliknya murah dan mudah bersedekah.
Perkenankan, Yaa Rabbi… Perkenankan, Yaa Rabbi… Perkenankan, Yaa Rabbi…
Sehingga pada akhirnya, kami pun bisa mengecap nikmat yang tidak ada yang lebih besar darinya, yaitu menatap-Mu di surga kelak, bersama-sama pula. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.
Heri dan Mulki

Komentar

Posting Komentar

terima kasih sudah membacanya :D dan terima kasih sudah mau komen. hehe...

Postingan populer dari blog ini

Mengelola Keuangan Keluarga #4 : Tabel Pemasukan - Pengeluaran

Mengelola Keuangan Keluarga #3 : Pembagian Porsi, Tunjangan Dadakan, Tabungan Cair

Resume Buku Personality Plus