Loyalitas Beralasan
Belakangan ini,
kata-kata “amanah tak boleh diminta, juga tak boleh ditolak”,
seolah-olah sudah menjadi jargon orang2 dalam lobi-melobi.
Sering sekali saya dengar,
yang membuat saya tersenyum juga menghela nafas.
Yang jelas…
Saya tak mau jadi manusia tanpa esensi.
Yang manja dengan kehebatan kata loyalitas.
Yang terbuai oleh kedahsyatan kata wajib dan harus.
Saya hanya ingin, ketika ada yang bertanya,
“kenapa kamu melakukan ini dan itu?”
saya bisa menjawabnya dengan yakin.
Mulki Rakhmawati
-lagi minggu2 exam nih...-
kata-kata “amanah tak boleh diminta, juga tak boleh ditolak”,
seolah-olah sudah menjadi jargon orang2 dalam lobi-melobi.
Sering sekali saya dengar,
yang membuat saya tersenyum juga menghela nafas.
Yang jelas…
Saya tak mau jadi manusia tanpa esensi.
Yang manja dengan kehebatan kata loyalitas.
Yang terbuai oleh kedahsyatan kata wajib dan harus.
Saya hanya ingin, ketika ada yang bertanya,
“kenapa kamu melakukan ini dan itu?”
saya bisa menjawabnya dengan yakin.
Mulki Rakhmawati
-lagi minggu2 exam nih...-
karena ingin menciptakan sejarah kita sendiri... *smile*
BalasHapusYah, pada dasarnya, kita harus "bergerak" dengan kesadaran dan kepahaman. Tidak ada yang mutlak dalam menjalankan amanah itu, antara harus menolak atau harus menerima.
BalasHapusTetapi, sayangnya, banyak orang yang cukup puas dengan "pasrah"....
@dr.Afie: iyalah, dok. manusia itu mesti menghasilkan sejarah masing2. everyone has their own unique. ya gaa?
BalasHapus@kak ivan: yup! mmg sdg berbicara ttg kepedulian untuk umat dan diri sendiri nih...