Brotoseno
Saya kasihan kepada Brotoseno.
Sekarang ia berada di ruang tamu rumah Pak RT. Ia tidak sendiri. Selain ada Pak
RT, di ruang itu ada 5 pria dewasa lain yang menghabiskan jatah sofa. Akibatnya
beberapa pria lain terpaksa menonton dari luar jendela yang dibuka gordennya.
Walau tak kebagian sofa, mereka rela berdiri, karena mereka penasaran bagaimana
kelanjutan nasib Brotoseno. Walau sambil berdiri, mereka heboh berbisik dan
berspekulasi. Bahkan 2-3 orang sudah sampai pada tahap simpulan.
Ada apakah? Begini ceritanya. Di
desa tersebut, ada sebuah kebun duren. Letaknya tusuk sate. Tau tusuk sate,
kan? Pemilik kebun itu bernama Uwak Mojo. Seorang tua yang agak ramah, tapi
banyakan galaknya. Hmm… Kebun duren itu memang ga lebar2 amat, tapi panjang.
Panjang batang pohonnya maksudnya. Uwak Mojo amat sayang dengan kebun durennya.
Shubuh ditengok, dzuhur ditengok, ashar ditengok, pun pas maghrib dan isya’.
Saking maniaknya, eh sayang maksudnya, mungkin beliau tidak hanya hafal jumlah buah
duren yang sedang membesar, tapi juga jumlah duri tiap durennya. Nah, tidak
heran kalau di kebun bagian depan, ada sebuah plank dengan tulisan : “Dilarang
mencuri durian. Kalau berani, tamat!”
Tetangga2 Uwak Mojo, baik tua
maupun muda, baik orang maupun bukan orang (maksudnya burung, kucing, dll) pada
tidak mau berurusan dengan kebun duren itu. Takut bikin masalah. Tidak akan
mereka meminta masuk ke kebun itu, apalagi meminta buahnya kepada Uwak Mojo.
Serem. Tapi bersyukurnya mereka, ketika buah durennya panen, Uwak Mojo suka
membagi2kan mereka entah es cendol duren, es serut duren, atau cake duren. Walau
porsinya ya porsi icip. Tetap lumayan, kan? :)
Nah… Rumah si Brotoseno itu di
sebrang kebun duren Uwak Mojo. Ia mengontrak di situ bersama tiga teman
kerjanya; Abu, Rizal, dan Bakri. Keempatnya bupati. Wow, ada ya Bupati ngontrak
rumah? Ada… Bujang Pala Tiga maksudnya. Iya.. kesemuanya memang masih bujang
ting ting. Makanya sering sekali kedengaran lagu “Cari Jodoh”-nya Wali dari
kontrakan tersebut. “Pengumuman-pengumuman… Siapa yang mau bantu… Tolong aku…
kasihani aku… Tolong carikan diriku kekasih hatiku… Siapa yang mau”
Hari ini giliran Brotoseno dan
Bakri piket. Tugas Bakri mencuci kamar mandi dan menyapu rumah, sedangkan tugas
Brotoseno adalah mengepel rumah dan menyapu halaman. Setelah Brotoseno selesai
mengepel rumah, ia mengambil sapu lidi, dan memulai menyapu halaman. Karena
jalan depan rumahnya terlihat kotor dengan beberapa sampah plastic dan daun2
durian, ia tergerak untuk menyapu jalanannya juga. Tidak ada firasat buruk apa
pun yang dirasakan Brotoseno sebelumnya, tiba2 “Brukkk…” Ada sebuah durian yang
sudah cukup matang menimpa punggungnya. “Aw!”
Bukan hal yang jahat saya kira
kalau lantas Brotoseno mengangkat (catat : baru mengangkat, bukan mengambil) buah durian
yang sudah menimpanya. Durian itu tergeletak satu langkah dari Brotoseno
berdiri setelah “pakpuk” dari punggung Brotoseno. Niatnya ingin meminggirkan buah
duren itu, tapi tiba2, “Seno… mau diapain tuh duren? Mau nyuri, ya??”. Ternyata
itu ucapan seorang preman kampung situ yang ngomongnya memang sering asal, suka
keramaian, dan kepanasan (suasana ramai dan panas maksudnya). Ia berdua dengan
temannya, sama2 preman, baru saja belok tikungan dan tidak melihat kejadian
sebenarnya.
Dan olala… Uwak Mojo pun datang untuk
kunjungan asharnya. Mendengar ucapan preman dan melihat Brotoseno sedang
memegang durennya, Uwak Mojo langsung panas. “Heyyyy, Seno! Kau mencuri, ya??”
Seno yang masih merasa sakit punggungnya, kini hatinya pun juga merasakan hal
yang sama. “Tidak, Wak.”
Preman yang sebenarnya tidak
melihat apa2 menyahut, “halah… maling mana ada yang ngaku sih.”
Uwak Mojo yang memang galak plus
amat sayang dengan duriannya dan preman2 yang ngasal dan suka suasana panas
adalah kombinasi serasi untuk mematahkan cerita pembelaan Brotoseno. Saking
ramainya sampai2 para tetangga pun berdatangan. Ada yang memanasi, tapi ada
juga yang mendinginkan. Akibatnya panas dingin, penyakit juga.
Posisi Brotoseno memang agak
sulit karena tidak ada satu pun orang yang melihat kejadian sebenarnya. Tidak
juga Bakri, Rizal, maupun Abu. Jalanan memang sedang sepi. Naasnya Brotoseno,
orang yang pertama kali menemukannya memegang durian jatuh itu adalah dua
preman yang tidak habis minum alkohol, tapi tetap mabuk; mabuk huruhara. Dan karena
suasana panas dingin ini tidak kunjung usai, Brotoseno ramai2 digelandang ke
rumah Pak RT. Sepanjang jalan, makin banyak yang membelanya, namun makin banyak
pula yang mencelanya… “Katanya intelektual, malah nyuri durian… Lulusan kampus
mana sih? UAI, UGAM, STANA, UANS, atau mana, haaa? Diajarin tha di sana?” Nah
loh…
Saat ini rumah Pak RT masih
ramai. “Sidang” Brotoseno belum selesai. Sayang, saya tidak bisa ikut masuk.
Saya tidak berani menceritakan kelanjutannya kepada kalian, karena saya tidak
tau pasti. Saya takut berbicara sesuatu yang tidak saya tau pasti kebenarannya.
Jadi sebaiknya saya stop cerita saya sampai di sini.
Lah kok daritadi saya tau detail
cerita ketiban durian jatuh? Ya.. karena saya melihat langsung peristiwa itu. Saya
kebetulan ada di sekeliling Brotoseno. Tapi sayang, saya tidak bisa bersaksi
untuk Brotoseno karena saya tidak bisa bicara. Saya hanya bisa ber-bzzz..bzzz
karena saya adalah seekor lebah. Memang saya tidak bisa bersaksi untuk
Brotoseno di dunia, tapi semoga Allah memperkenankan saya bersaksi untuk
Brotoseno di akhirat nanti.
Sabar, Brotoseno. Ada malaikat
pengawas yang sedang sibuk mencatat siapa yang memfitnah dan mencacimu. Mereka
adalah makhluk yang sangat professional, yakinlah tidak akan lepas satu pun
nama pencaci dan pemfitnahmu dicatatnya. Sekaligus jumlah kata2 buruk yang
keluar dari lisan mereka tentangmu. Dan pada akhirnya, ada Allah Seadil2
Pembalas.
Dan ini kata Rasulullah, semoga
bisa menjadi peneguhmu..
Oya, apalagi sekarang makin mudah sharing berita. Tinggal klik like,
share, reblog, retweet, dsb. Padahal kita harus hati2. Hiks!
Kerap kali kita hanya berhati2 dengan kualitas sesuatu yang masuk ke dalam mulut kita. Baik tentang rasa, kebersihan, kesehatan, dan kehalalannya. Namun, sudahkah kita sehati2 itu dengan kualitas sesuatu yang keluar dari mulut kita? Semoga yang keluar dari mulut kita adlh sesuatu yg meninggalkan rasa nyaman di hati orang yg mendengarnya, bersih dari kata2 kotor dan fitnah, sehat alias tidak menyakitkan, dan halal utk dikatakan (benar) - orangeumar
baca post ini inget waktu SD suka ngambil durian tetangga... tapi didaerah sya memang udah padamaklum gtu
BalasHapussabar Brotoseno ada kok pengadilan yg adil
BalasHapuscerita bikinan sendiri, mulki? bagus euy..
BalasHapusSuper sekali, Kakak! :D
BalasHapus@pengisah : wah asik bener itu mah :)
BalasHapus@alak : betul :D
@mbak sonia : iya, mbak. tapi dapet ide dari sebuah gambar ttg bahayanya sembarangan ngomong. lagipula aku gerah dengan komentar2 yang suka jahat di koran2 online. hehe.
@hadi : super sekali, adik! :D
Keren postingan yang satu ini...bahasanya itu.
BalasHapussalam kenal ya..kunjungan baliknya
http://madz666.blogspot.com
kehidupan memang keras...dan begitu banyak brotoseno btoseno lain yang ada di sekeliling kita, yang menjadi korban tak berdaya dari para penjilat penghasut dan sebagainya :)
BalasHapusIntinya kita harus lebih berhati - hati. Harus teliti jika menerima berita. Dan pastinya jaga lisan,
BalasHapus@madz : alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah.
BalasHapus@hariyanto : iya :( tapi akhirat nanti adil.
@djangkaru bumi : betul :) terima kasih sudah membantu menyimpulkan.
kasian ya brotoseno....semoga keadilan bisa di ungkap ya...salam kenal mulki...
BalasHapusbrotoseno...
BalasHapushikz.. ehe -___-
"Barangsiapa yang memiliki kezhaliman terhadap saudaranya, hendaklah ia meminta dihalalkan, sebab dinar dan dirham (di hari kiamat) tidak bermanfaat, kezalimannya harus dibalas dengan cara kebaikannya diberikan kepada saudaranya, jika ia tidak mempunyai kebaikan lagi, kejahatan kawannya diambil dan dipikulkan kepadanya.” (HR Bukhari)
BalasHapusNa'udzu billah .. astaghfirullah ...
Barangkali saja ada orang yang saya zhalimi ya
Terimakasih pengingatnya ...
bila senantiasa menyadari betapa ada malaikat yang selalu mengawasi setiap gerak-gerik kita, maka bisa hati-hati ya... sekaligus mempunyai harapan besar bahwa Allah Ta'ala Maha Adil. Hmm..., aku memetik pelajaran dari Brotoseno ini....
BalasHapussy suka kata2 yg ini,
BalasHapusKerap kali kita hanya berhati2 dengan kualitas sesuatu yang masuk ke dalam mulut kita. Baik tentang rasa, kebersihan, kesehatan, dan kehalalannya. Namun dst...,
barakallahu fiikum... :)
gaya bahasanya santai bahkan di selingi unsur canda
BalasHapustapi anehnya pesan moralnya tetep nyampei ya...
berarti penulisnya yg pinter menguraikannya
suka dgnn cara Adik Mulki memaparkan ceritanya, walau endingnya blom tuntas, tp ya itulah Mulki punya talenta unik
Subhanallah. Sungguh, saya menemukan hikmah yang mendalam dibalik kisah yang ringan dan menyegarkan. Saya merasa harus banyak belajar bagaimana menyampaikan tanpa membuat orang lain bosan.
BalasHapusTerima kasih untuk pencerahan dan sekaligus penyegaran ini, Suadaraku.
Kunjungan Balik and Sambil nyimak tulisannya nih sekalian Follow balik juga..
BalasHapusAku suka bahasanya yang ringan menggigit dari awal dan penuh pesan moral di akhir. Endingnya emang dibuat gantung gitu ya Mulki? ck..ck... Happy Ending dong:) meski pasti happy di akhirat.
BalasHapus@mami zidane : iya, mbak. kasian juga orang2 lain yang suka dijudge agak semena2 di koran online.
BalasHapus@hilmi : hihi. lembut sekali hatimu :)
@mughniar : iya. aku juga was2 :(
@azzet : iya... makhluk yang sangat profesional itu.
@lentera langit : aamiin. jazakallahu khayran jaza'.
@mas insan : alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah :) smg bermanfaat.
@abi sabila : alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah. sama2. terima kasih juga sudah membacanya.
@bung penho : maturnuwun :)
@mbak nufus : alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah. hihi. gantung ya? maap... :D
kunjungan pertama dan langsung terpesona...
BalasHapusharus berhati-hati nih, jangan sampai terprovokasi berita2 yg enggak bener...
@_@
kocak diawal,
BalasHapusnancep di akhir
Efektif...
Semoga di duniapun Allah menunjukkan kebenarannya.
Amiin
:) seperti yang selama ini mba ajarkan..
BalasHapussetiap orang sejahat2nya pasti punya sisi baik..sebaik2-baiknya pasti juga puny asalah.. jangan asal komentar..jangan asal memberi judgement..apalagi ikut2an :)
*aku kangen parter in crime kuuuuuu*
@enha : setuju :) lebih hati2 lagiii. kasihan org2 seperti brotoseno.
BalasHapus@kayakubi : alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah. smoga yg sederhana ini bermanfaat :)
@citra : iya, adikku yg semakin hebat :) partner in khayrat aja deh. kuekekekkk.
Kereeeenn. kakaaak, aku link blognya yaaa
BalasHapusme on fakhria.wordpress.com :)
Idem sama komentar2 diatas,, Like this... ^^
BalasHapus@mbak fafa : makasih, mba fafa :)
BalasHapus@emje : alhamdulillah kalo suka :)
ka mulki, subhanallah aku suka bgt blog nya kak. ku-bookmark aah , keep writing kak. semoga ka mulki sekeluarga selalu diberkahi Allah :)
BalasHapus-wieke, anak mentornya ka mulki pas rohis