Tandon air di kontrakan belum pernah saya bersihkan. Saya sedikit malas dan banyak takut untuk mencapai genteng kontrakan. Gegara demi mencapai genteng, cuma bisa diakses dengan tangga bambu. Saya berani naik, tapi takut turun! Wow, what a visioner i am. Berfikir sampai beberapa tahap ke depan. Hm... Dulu ketika saya masih putih abu2, ummi saya bilang kalo saya termasuk anak yang visioner. Dan sekarang saya baru agak2 merasa bahwa saya memang visioner. Untuk itu, terima kasih tandon air, genteng, dan tangga bambu. *huekekekkk. Setteress* Praktis, si tandon air tidak pernah saya kuras dan sikat. *poor you. Puk2..* Maka setiap saya mengisi bak mandi ketika isi tandon sudah menipis habis, akibatnya butiran pasir, kepingan hitam, dan lembaran daun kecil pun ikut meramaikan bak mandi saya. “Ck... Ah!” 1 detik pertama pasti saya menggerutu, lalu di detik berikutnya, tangkas tangan saya mematikan keran. Dan air masih menggelombang. Seperti siang ini, rutinan itu kembali ter...