Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Catatan Samudera : Kendalikan Lisan

Gambar
Dik, Sekalipun dia sungguhan buta, rasanya tak pantas jika kita memanggilnya si buta. Sekalipun dia sungguhan pincang, rasanya akan tetap menyayat hati jika kita mengatainya pincang. Begitu pula kepada pasangan kita, atau anak kita. Sekalipun dia tidak terampil menyelesaikan masalah genteng, talang air, mesin cuci, kuncilah lisan kita untuk tidak mengatakan, “ah, payah. Laki bukan sih?” Sekalipun kita geregetan melihat dia doing nothing all day long di rumah, “dasar pemalas” pun tidak perlu kita katakan. Sekalipun dia memiliki masalah kesehatan sehingga sulit memiliki anak, tidak perlulah kita menyebutnya mandul seputus asa apapun kita rasa.

Catatan Samudera : Sabar

Gambar
Dik, Wajar saja ketika setelah menikah dengannya, kita menemukan semakin banyak kekurangannya. Sudah bukan pekerja keras, sangat sulit pula mengajaknya mengaji. Sudah enggan membantu mengurus rumah, tapi sering tidak pengertian menuntut rumah selalu rapi. Sudah jarang bicara sayang, malah semakin hari semakin sering protes; entah rasa masakan, atau kok anak sakit2an, atau kok kita tidak punya tabungan. Sudah... Tidak usah merasa tertipu atau terjebak. Di kala kita merasa ia sudah keterlaluan, tetap bersabarlah. Selama masih ada harapan untuk masuk surga bersama, selama kata pisah tidak mudah terlontar dari lisannya, selama ia tidak menganiaya kita secara fisik dan kata, maka bertahanlah.. Bersabarlah. Tapi jangan salah artikan sabar adalah pasrah dan tidak melakukan apa2. Sabar adalah tetap berusaha sebaik2nya dalam kebaikan. Sabar adalah menerima hasilNya walau tidak sesuai harapan. Lakukan sebaik-baik peran kita; menasehati dalam sabar, buatlah ia senang, merasa dih

Mengelola Keuangan Keluarga #4 : Tabel Pemasukan - Pengeluaran

Gambar
Tabel punya saya gimana? Untuk bakunya, saya buat tabelnya di laptop. Ada penyesuaian tabel dari saat ke saat (ga hanya dari tahun ke tahun, hehe). Karena jika ada perubahan income, tabel pasti berubah (walau ga major sih). Jika ada perubahan komponen2 pengeluaran, juga pasti tabelnya berubah lagi. Hehe. Untuk kesehariannya, saya lebih suka untuk mencatatnya di agenda saya. Tapi untuk memfoto langsung agenda saya, saya malu pisan. tulisannya jelek. hehehe.. A. Pemasukan Pemasukan Tetap Suami : Pemasukan Tetap Istri : Pemasukan Lain : Kalo saya dan suami, tentang pemasukan lain yang seribu duaribu rupiah tidak kami masukkan ke catatan keuangan. Males soalnya. Hehe. Ga rapih, ya? Kalo pemasukan lain seperti tunjangan prestasi dan gaji 1314151617181920, baru dimasukin. Harus jelas soalnya lari kemana nantinya. B. Pengeluaran Tabel yang saya punya seperti ini.  Area peach : untuk alokasi hepi2 sama the needy. Area biru : untuk alokasi nabung menabunglah.

Mengelola Keuangan Keluarga #3 : Pembagian Porsi, Tunjangan Dadakan, Tabungan Cair

Gambar
PORSI Bicara tentang porsi, Misal 50-30-20. Maksudnya 50% untuk kebutuhan pasti, 30% untuk tabungan, 20% untuk happy2 (beli buku, jalan2, dll). Atau 60-30-10. Atau 60-20-20. Kok angkanya terserah gitu? Iya, sekitaran itulah. Kebutuhan pokok 40-60%. Tabungan 20-40%. Untuk happy2 10-20%. Sesuai kondisi; punya angsuran rutin atau tidak, sudah memiliki anak atau belum, punya target keuangan apa di tahun tersebut, dll. Trus fungsinya apa? Berkaitan dengan prioritas yang sudah kita bicarakan di atas. Misal, “ingin ngumrohin orangtua ah tahun depan!”, otomatis porsinya disesuaikan agar target tersebut tercapai.                 Cerita pribadi dikit, yaa.. (lah dari tadi kurang pribadi apa, Mul?) Awal nikah dulu (kondisi : single income, belum memiliki angsuran, LDM) saya sempat menerapkan 50-30-15-5. 50% untuk kebutuhan, 30% untuk tabungan, 15% untuk happy2 dan kebutuhan mendadak, 5% untuk charity. Gampangnya ajalah. Hehe. Lalu evaluasi per bulannya, agar persentase t

Mengelola Keuangan Keluarga #2: Hey Generasi Millenial!

Gambar
1.        Besarnya pendapatan itu relative. Ga ada yang bisa mengatakan penghasilan kecil itu pasti kurang atau penghasilan besar itu pasti cukup. No, semua sangat relative. Tergantung si pelaku. Apakah dimanfaatkan, atau sekedar dihabiskan. Penghasilan besar belum tentu merasa “kebutuhan”nya tercukupi kok. Pun sebaliknya. Karena komponennya tidak hanya KEBUTUHAN di sini, tapi juga KEINGINAN. Kuncinya apa? Jeli untuk mengetahui apakah itu kebutuhan atau keinginan. Keinginan itu sungguh lebih luas dari semesta. Semesta masih ada batasnya, sedangkan keinginan tidak berbatas. Boleh kok berkeinginan, tapi lihat kondisinya. And be creative! Banyak jalan menuju Paris, sis! Tapi jika sudah berbulan2 berusaha tertib, lalu berkaca dari list pengeluaran bulanan yang benar2 dibutuhkan tapi masih lebih besar pasak daripada tiang, berarti itu saatnya bekerja dan berdoa lebih giat lagi. In syaa Alllh, akan tambah lebar rezekinya, ikhtiaaaaar yuk! 2.        Hati2 dengan pengeluara

Mengatur Keuangan Keluarga #1 : Prioritas Keuangan

Gambar
Hello, friends! Saya blogging lagi! Dari mana saja saya –mungkin ada yang rindu? Hm.. kali ini saya mengkambinghitamkan “adaptasi” sebagai penyebab saya vakum blogging selama satu tahun ini. Hehe. Adaptasi atau keasikan ya sebenarnya? Hahaha. Alhamdulillah wasyukurillah, hampir satu tahun ini say a finally hidup serumah dengan suami, di rumah kami sendiri. Saya lagi asik2nya mengurus suami, mengurus rumah, belajar bertetangga, belajar memasak (yang hanya PD disuguh ke suami aja, hehe), dan nyambi jadi general practitioner di puskesmas daerah Bintaro sektor 9. What a wonderful life, Alhamdulillah. Akhirnya ya, hidup saya terdengar normal! Hehe. Kali ini saya akan sharing tentang pengaturan keuangan rumah tangga ala kami, setelah beberapa teman request untuk dibahas in detail di blog. Bukan sesuatu yang unik dan inovatif actually, tapi mungkin saja ada kesamaan nasib di antara kita; yang menikah di usia yang muda, baru memulai karir (bahkan saya masih kuliah saat itu), dan jela

Mas dan Mpok Kodok #13

Gambar
"Alhamdulillah, nyampe jg umurnya Heri buat nikah, tante." Sambil tertawa2 beliau memulai percakapan denganku. Kala itu, beliau masih calon kakak ipar, kami bertemu pertama kalinya tgl 29 Juni 2011 di acara perkenalan klrg besar. . "Heri pernah hampir almarhum wkt dulu msh kuliah di STAN. Udah ga jelas deh, lemes.. anyep badannya. Dibawa ke RS *sensor*, tinggal kamar VIP. Pas izin mau cari RS yang lain, diblg sama dokternya, "kamu mau sodara kamu mati??? Ini bisa lewat!" Yah, gmn ya, tante.. uang jg tinggal 500rb-500rbnya. Bukannya sy ga mau kalo Heri dirawat di situ, tapi sy ga mampu." . "Trus, mas?" Aku penasaran. . "Kita minta rujukan ke RS lain buat nyari kamar yang biasa aja. Trus sy ditny, "mau ditulis RS mana jadinya??!! Sy ga tgg jwb ya pokoknya." Syukur alhamdulillah... setelah nyari2, akhirnya bs dirawat di RS Pelni." . Kenangnya.. "Dulu, setelah lulus SMA, Heri ke Jakarta. Dari kampung, dia ngantong

Mas dan Mpok Kodok #12

Gambar
“Mas.. hm, aku ingin ga ada yang sia2 atau berlebihan buat nikahan nnt. Termasuk printilan kaya undangan. Mas ada usul mau pakai undangan apa yang ada nilai tambah gunanya?” Setelah diskusi, kami memutuskan undangan kami dlm bentuk notebook. Maskodok menawarkan diri mendesain notebooknya sendiri, mungkin agar lebih personal dan sesuai gayanya yg simple. Mahalkah? Kami modal 4000 rupiah untuk satu undangannya. Ga terlalu mahal ya kynya, tp ya mmg sederhana aja jadinya. . Di undangan yang kami cetak, maupun e-invitation (herimulki.com . thanks banget furqon yg udah ngasih kado brupa e-invitation) kami mencantumkan tema nikahan kami di bagian cover. Drpd foto kami kan? Hehe. . Yang ngusulin temanya itu maskodok, “Jujur. Mas ingin kita selalu jujur. Jujur satu sm lain & jujur sama diri sendiri. Karena mas percaya jujur itu benteng kebaikan. Mas pernah dgr kajian kalo dulu jaman Rasul, ada seorang Badui yang ingin masuk Islam, tapi dgn syarat dia tetap boleh berzina, minum khamr

Mas dan Mpok Kodok #11

Gambar
"Di kantor, mas baru staff biasa. Gaji mas -segini- . Mas ada pengeluaran wajib bulanan utk dana pensiun di muam*t dan premi di asuransi syariah. Mas udah pny itu dari awal ada penghasilan. Biar kalo pny anak, pas dia usia kuliah nnt ada uang sedikit2. Sama utk back up kalo ada kejadian disaster." . "Hoo.. Mas ada rekening2 konvensional?" Pancingku. . "Punya bbrp. Buat transaksi. Gaji, honor, bayar2 sesuatu bth bank konven. Tapi yang sifatnya tabungan dan investasi mas usahain syariah. Banyak yang bilang, ah syariah sama aja sama konve. Tapi mas sbg org awam, percaya sama DSN. Mas anggapnya mereka ulil amri kita. Pasti mereka sampai bisa melabeli sesuatu dgn label "syariah" itu melalui proses yang pjg dan baik. Pasti ada audit rutinannya juga. Wallahu 'alam. Bismillah aja." . "Ohya mas.. Aku mnt izin nnt stlh nikah, aku tetep ingin bayar SPP, buku, dan ujian2ku sendiri smp beneran jd dokter." . "Loh.. Kenapa?"

Mas dan Mpok Kodok #10

Gambar
"Kalo tentang anak, mas?" Cukup ragu aku menanyakannya. . "Mas ingin punya banyak anak. Lima, enam. Minimal tigalah." . Aku mengamini dalam hati, tapi ada yang ingin kutanyakan sedari awal. Sepertinya sekarang saatnya, pikirku. "Tapi kalo seandainya ke depannya sulit punya anak? Aku kan ada masalah." . "Gapapa, nduk. Ikhtiar aja. Bagi mas rezeki berkeluarga dan anak itu termasuk rezeki yang spesial, paling ga bisa diduga. Mas sudah dijawab iya saja sama kamu aja sudah seneng bgt. Alhamdulillah ada yang mau sama mas. Mas juga jadi punya abi dan ummi. Punya adik2. Ikhtiar aja, sambil perbaiki diri terus, Nduk. Semoga Allah kasih kepercayaan." . Sambungnya, "Mas punya senior. Sudah mas anggap sebagai kakak. Dia orang yang sgt baik, istrinya jg. Dia paling mengayomi orang2, keluarganya harmonis, selalu paling duluan jika ada orang yang lagi butuh bantuan. Tapi sampai sekarang, mereka belum dikaruniai anak." . "Mereka suda

Mas dan Mpok Kodok #9

Gambar
"Mas ingin homebase dimana?" . "Inginnya di Banyumas." Deg!! . Mendengar jawabannya, spontan muncul ganjalan di hati. Rupanya pilihan maskodok bukan bertahan di jabodetabek. Hm.. memang aku sudah terbiasa dengan fasilitas kota besar, tapi bukan itu yang membuatku "berfikir". Orang tuaku. Rumah ayah ibuku di bintaro. 6-8 jam dari Banyumas. Ada rasa ingin dekat2 saja tinggalnya dengan orang tua; agar lebih leluasa berbakti, mengiringinya tua, selalu ada jka suatu saat mereka membutuhkan. . Tapi aku paham posisiku yang harus mengikuti suami, berbakti padanya. Yang diajarkan orang tua kepadaku pun begitu. Bahwa orang tua bukan tgg jwb utama anak tertua (aku sulung), melainkan tgg jwb anak laki2. Aku pun teringat ibuku pernah bilang, "dengan kamu menjadi istri dan mantu yang berbakti dan sholeh.. dgn begitu kamu pun sudah berbakti pada ummi abi, krn kamu sudah menjaga nama baik ummi abi. Dan brppun rezeki kalian nanti, kamu wajib ingatkan suamimu utk s

Mas dan Mpok Kodok #8

Gambar
"Menurut mas, hal apa yang paling penting dalam pernikahan?" . Aku menduga2 yang akan dijawabnya adalah sekitar; tiada dusta di antara kita -hasek, atau kasih sayang, atau kesetiaan, atau sabar dan syukur, dll. Tapi tebakanku meleset, dia menjawab sesuatu yang tidak kupikirkan sebelumnya. . "Kompromi, nduk. Kita kepalanya beda, latar belakang juga berbeda. Mas orang alpha. Kamu juga alpha lagi. Jadi berusaha untuk selalu kompromi itu penting. Mas ga heran kalo suatu saat pikiran kamu ada di ujung barat, sedangkan pikiran mas di ujung timur. Kompromi itu ga harus untuk selalu ketemu di titik paling tengah kok, karena bisa aja pikiranmu yang di barat itu yang memang benar. Yang penting jalan mendekat, trus ketemu. Dan ga terpaksa. Itu baru kompromi. Jangan kamu selalu seperti manuuut aja, tapi sebenarnya grundelnya bertumpuk2 di hati. Itu bukan kompromi." . Dan kebiasaan maskodok adalah ketika aku masih diem karena sedang bersusah payah nyerap jawaban2 dia, a

Mas dan Mpok Kodok #7

Gambar
"Mas ingin istri yang di rumah aja atau boleh bekerja?" sambungku. . "Bebas. Ga kerja boleh, bekerja juga boleh. Walau nanti kamu punya penghasilan juga, kebutuhan rumah tangga tanggung jawabnya mas, ya. Tapi kamu siap2 hidup sederhana. Kalo kamu ingin bermewah2 dan punya koleksi harta, nikahnya jangan sama mas." . Wusyeh, belom apa2 sadisnya @kodok_kriwil tampak nyata, bukan fatamorgana, batinku. . "Kalo kamu mau kerja, gapapa. Uangnya terserah kamu mau buat apa. Mas prefer kamu tetap ada aktifitas tambahan, ga menghasilkan uang gapapa. Yaa.. Siapa tau kalo istri mas bermanfaat buat banyak orang, pahalanya bakal ngalir ke mas juga karena sudah mengizinkan utk beraktifitas." . "Tapi ya tetap ada batasannya. Yang kamu harus selalu pegang, kamu itu istri yang dokter, istri yang aktifis, istri yang apapun, atau nanti ibu yang apapun." . "Harus lebih banyak waktu di rumah?" sambarku. "kalo bisa begitu. Tapi flexible aja

Mas dan Mpok Kodok #6

Gambar
Di tanggal 2 Juni 2011, sepupuku menikah. Aku gunakan kesempatan pulang ke jakarta itu untuk mengobrol dengan maskodok untuk pertama kali. . "Mas, sifat dan kebiasaan mas yang harus aku tau apa aja?" itu pertanyaan pembukaku untuknya. . "Sifat mas itu blakasuta, khasnya orang banyumas. Terang2an. Kalo setuju bilang setuju. Begitu juga kalo ga setuju. Ga pake aling2. Makanya mas pengen belajar kaya abi. Bisa lebih santun dan bijak. Tarik ulur. Tali aja kalo ditarik terus, bisa cepet putus kan..." . Dalam hatiku, "hore... koleris garis keras nih kayanya. Mantaap." . Sambungnya, "sumbu mas juga pendek. Cepat terbakar. Ga kehitung dulu waktu kecil pernah berantem berapa kali. Dulu mas pun pernah dimarahin sampai dicengkram kerah seragam mas sama kepala sekolah, mungkin karena mas keterlaluan ya protesnya." . "mas juga cenderung khawatiran. Mirip banget sama almarhum bude yg dulu merawat mas. Beliau ga akan masuk rumah jika anak2nya

Mas dan Mpok Kodok #5

Gambar
Semenjak tanggal 21 Mei 2011, aku mulai memiliki sebuah diari khusus. Hanya terbuat dari puluhan kertas putih A4 yang kubagi 2, lalu kujilid spiral di toko fotokopi dekat kosan. Bagian depan dan belakang hanya kuberi mika bening. Medit banget, ya? Hahaha. . . Dalamnya kutulis dan kugambar dengan spidol warna-warni. Apakah isinya? Isinya adalah semua info seputar maskodok, apapun yang ada di pikiranku; pendapatku, persepsiku, list pertanyaanku untuknya, jawaban2nya, juga tentang siapa aku sedetail2nya, harapan2ku, KEGALAUANKU, kesablenganku, ringkasan2 buku dan ta'lim tentang pernikahan di kurun masa itu, quote2 penguat, perkembangan proses kami di hampir setiap harinya, termasuk perkembangan perasaanku kepadanya *hadeh. . . Aku tipe yang ekspresif dan ekstrovert, tapi yang kufahami walau sudah dikhitbah tapi selama belum akad, obrolan dan ekspresi dengannya harus tetap dijaga. Susah memang. Kondisi seperti itu aku mengumpamakan seperti hm... ah, aku lupa. Sahabatku saksi

Mas dan Mpok Kodok #4

Gambar
Sebenarnya jawaban ayahku, "kalo saya terserah anak saya" itu bukan mencerminkan ayahku banget. Itu cuma jawaban diplomatis; bahasa kerennya. Karena memang ayahku termasuk tipe yang involved sama urusan anak. Sampe sekarang juga gitu. Tapi bukan berarti hidup kami dikekang atau disuapin, ya. . Apalagi aku tipe anak yang suka bercerita ke ibu dan ayahku. Hampir semua2nya mereka tau; rencanaku, berhasilku, jatuhku, cem2anku. Hampir semua. Aku laksanakan rencanaku, jika aku diizinkan oleh mereka. Mudahkah izinnya? Kadangkala tidak. Beberapa kali crash juga. Tapi itu tidak membuat aku jd menjauh dari mereka; ayah ibuku. Jika sampai habis pembelaanku atas suatu hal/seseorang namun ayahku tetap bilang tidak, aku tidak akan melanjutkannya. . Termasuk (baca : apalagi) urusan laki2 yang meminta anak perempuannya. Sesungguhnya tidak akan mudah. . Ketika pertama datang, karena ayahku baru pulang dari korsel, katanya diajak bicaralah maskodok tentang korsel. Iseng mungkin. Qadarulla

Mas dan Mpok Kodok #3

Gambar
"In syaa Allah mantap, bi. Tapi aku gamau kalo kelamaan jarak sampai akadnya. Acaranya yang simpel2 aja." Kalimat ini ayahku sampaikan ke maskodok sehari setelah jawabanku. Lalu bagaimana respon maskodok? "Kapanpun saya siap, pak. Bagi saya semakin cepat semakin baik. Minggu depan juga boleh." . . Eeeerrrr... malah aku ketulah dengan omongan sendiri. Ga kelamaan itu bukan berarti minggu depan juga kali maksudku. *garuk2 . . Beberapa hari setelah jawaban, maskodok menyempatkan diri untuk pulang kampung untuk memberi tau pakde dan kakak2 sepupunya yang sudah ia anggap kakak sendiri. "Maksud heri pulang untuk memberi tau babe sekeluarga kalo heri mau nikah, dan meminta bantuan babe untuk ngelamarin. Sebenarnya sudah heri lamar dan sudah diterima, tapi heri pengen ada perkenalan keluarga. Ga usah dihitung2 heri sama.., namanya mulki. Ga usah dihitung2 juga tanggal baiknya. Karena bagi heri, hari baik adalah ketika heri dapat gedung untuk nikah. Susah nya

Mas dan Mpok Kodok #2

Gambar
Begitu maskodoknya pulang, ayahku bilang ke ibuku, "anakmu dilamar, mi..." Lalu ibuku yang menyampaikan ke aku. Reaksiku di depan ibuku, "kok bisa, mi? Kan belum kenal.." Reaksi dalam hatiku, "hah? Gilak ya tuh orang?!!" Tapi ga dipungkiri, aku penasaran. Dorongan untuk mengetahui tentang dirinya sangat besar. . . Alhamdulillah ternyata satu minggu cukup untukku mencari jawaban lamaran maskodok. Aku menerima lamarannya (yaiyalah.. wong sampe ada anniv ke5. Wkwk). Aku sampaikan jawaban via sms ke ibuku tanggal 21 Mei 2011, sekitar pukul 1 pagi, di masjid Nurul Huda, masjid kampusku. Saat itu aku lagi mabit. . . Memang apa yang telah kuketaui tentangnya? Tidak banyak, tapi saat itu kurasa cukup. . . Tentang dirinya? Bahwa ia adalah anak tunggal. Ibunya wafat ketika ia berusia 2 tahun. Lalu ia dirawat kakek neneknya. Namun qadarullah kembali menjadi sebatang kara di kelas 1 SMP. Dan alhamdulillah pakde budenya mengajaknya untuk tinggal bersama, menyayang

Mas dan Mpok Kodok #1

Gambar
Dia adalah laki2 nekat (?). Yang langsung main lamar2 perempuan, padahal belum pernah ngobrol dengan perempuan itu sebelumnya. Jangankan ngobrol, dengar suara si perempuan pun belum pernah. Dia bilang, liat jelas wajah perempuan yang mau dilamar pun dari foto keluarga yang terpasang di ruang tamu, saat dia datang untuk melamar. . . Rupanya dia pertama kali mendapat nama "mulki" di bulan Maret 2011 dari seseorang yang sudah ia anggap sebagai ayah sendiri. Lalu ia mentelusuri dan mencari informasi. Tapi dia tidak pernah sama sekali menghubungi si mulki dalam kurun waktu itu. Dan si mulki pun tidak merasa sedang ditelusur. Sama sekali enggak tau. Kalo tau kan postingan di fesbuk dan blog bisa aku bikin lebih waras dan aku bagus2in dikit2, yaa. Kuekekekkk. . . Lalu di tanggal 14 Mei 2011 dia datang ke rumah orangtuaku, sendirian, memakai baju putih dengan rambut gondrongnya yang dikuncir (percis di foto rambutnya), menemui ayahku, mengenalkan dirinya siapa, dan bermak