Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

Catatan Samudera : Kendalikan Lisan

Gambar
Dik, Sekalipun dia sungguhan buta, rasanya tak pantas jika kita memanggilnya si buta. Sekalipun dia sungguhan pincang, rasanya akan tetap menyayat hati jika kita mengatainya pincang. Begitu pula kepada pasangan kita, atau anak kita. Sekalipun dia tidak terampil menyelesaikan masalah genteng, talang air, mesin cuci, kuncilah lisan kita untuk tidak mengatakan, “ah, payah. Laki bukan sih?” Sekalipun kita geregetan melihat dia doing nothing all day long di rumah, “dasar pemalas” pun tidak perlu kita katakan. Sekalipun dia memiliki masalah kesehatan sehingga sulit memiliki anak, tidak perlulah kita menyebutnya mandul seputus asa apapun kita rasa.

Catatan Samudera : Sabar

Gambar
Dik, Wajar saja ketika setelah menikah dengannya, kita menemukan semakin banyak kekurangannya. Sudah bukan pekerja keras, sangat sulit pula mengajaknya mengaji. Sudah enggan membantu mengurus rumah, tapi sering tidak pengertian menuntut rumah selalu rapi. Sudah jarang bicara sayang, malah semakin hari semakin sering protes; entah rasa masakan, atau kok anak sakit2an, atau kok kita tidak punya tabungan. Sudah... Tidak usah merasa tertipu atau terjebak. Di kala kita merasa ia sudah keterlaluan, tetap bersabarlah. Selama masih ada harapan untuk masuk surga bersama, selama kata pisah tidak mudah terlontar dari lisannya, selama ia tidak menganiaya kita secara fisik dan kata, maka bertahanlah.. Bersabarlah. Tapi jangan salah artikan sabar adalah pasrah dan tidak melakukan apa2. Sabar adalah tetap berusaha sebaik2nya dalam kebaikan. Sabar adalah menerima hasilNya walau tidak sesuai harapan. Lakukan sebaik-baik peran kita; menasehati dalam sabar, buatlah ia senang, merasa dih

Mengelola Keuangan Keluarga #4 : Tabel Pemasukan - Pengeluaran

Gambar
Tabel punya saya gimana? Untuk bakunya, saya buat tabelnya di laptop. Ada penyesuaian tabel dari saat ke saat (ga hanya dari tahun ke tahun, hehe). Karena jika ada perubahan income, tabel pasti berubah (walau ga major sih). Jika ada perubahan komponen2 pengeluaran, juga pasti tabelnya berubah lagi. Hehe. Untuk kesehariannya, saya lebih suka untuk mencatatnya di agenda saya. Tapi untuk memfoto langsung agenda saya, saya malu pisan. tulisannya jelek. hehehe.. A. Pemasukan Pemasukan Tetap Suami : Pemasukan Tetap Istri : Pemasukan Lain : Kalo saya dan suami, tentang pemasukan lain yang seribu duaribu rupiah tidak kami masukkan ke catatan keuangan. Males soalnya. Hehe. Ga rapih, ya? Kalo pemasukan lain seperti tunjangan prestasi dan gaji 1314151617181920, baru dimasukin. Harus jelas soalnya lari kemana nantinya. B. Pengeluaran Tabel yang saya punya seperti ini.  Area peach : untuk alokasi hepi2 sama the needy. Area biru : untuk alokasi nabung menabunglah.

Mengelola Keuangan Keluarga #3 : Pembagian Porsi, Tunjangan Dadakan, Tabungan Cair

Gambar
PORSI Bicara tentang porsi, Misal 50-30-20. Maksudnya 50% untuk kebutuhan pasti, 30% untuk tabungan, 20% untuk happy2 (beli buku, jalan2, dll). Atau 60-30-10. Atau 60-20-20. Kok angkanya terserah gitu? Iya, sekitaran itulah. Kebutuhan pokok 40-60%. Tabungan 20-40%. Untuk happy2 10-20%. Sesuai kondisi; punya angsuran rutin atau tidak, sudah memiliki anak atau belum, punya target keuangan apa di tahun tersebut, dll. Trus fungsinya apa? Berkaitan dengan prioritas yang sudah kita bicarakan di atas. Misal, “ingin ngumrohin orangtua ah tahun depan!”, otomatis porsinya disesuaikan agar target tersebut tercapai.                 Cerita pribadi dikit, yaa.. (lah dari tadi kurang pribadi apa, Mul?) Awal nikah dulu (kondisi : single income, belum memiliki angsuran, LDM) saya sempat menerapkan 50-30-15-5. 50% untuk kebutuhan, 30% untuk tabungan, 15% untuk happy2 dan kebutuhan mendadak, 5% untuk charity. Gampangnya ajalah. Hehe. Lalu evaluasi per bulannya, agar persentase t

Mengelola Keuangan Keluarga #2: Hey Generasi Millenial!

Gambar
1.        Besarnya pendapatan itu relative. Ga ada yang bisa mengatakan penghasilan kecil itu pasti kurang atau penghasilan besar itu pasti cukup. No, semua sangat relative. Tergantung si pelaku. Apakah dimanfaatkan, atau sekedar dihabiskan. Penghasilan besar belum tentu merasa “kebutuhan”nya tercukupi kok. Pun sebaliknya. Karena komponennya tidak hanya KEBUTUHAN di sini, tapi juga KEINGINAN. Kuncinya apa? Jeli untuk mengetahui apakah itu kebutuhan atau keinginan. Keinginan itu sungguh lebih luas dari semesta. Semesta masih ada batasnya, sedangkan keinginan tidak berbatas. Boleh kok berkeinginan, tapi lihat kondisinya. And be creative! Banyak jalan menuju Paris, sis! Tapi jika sudah berbulan2 berusaha tertib, lalu berkaca dari list pengeluaran bulanan yang benar2 dibutuhkan tapi masih lebih besar pasak daripada tiang, berarti itu saatnya bekerja dan berdoa lebih giat lagi. In syaa Alllh, akan tambah lebar rezekinya, ikhtiaaaaar yuk! 2.        Hati2 dengan pengeluara

Mengatur Keuangan Keluarga #1 : Prioritas Keuangan

Gambar
Hello, friends! Saya blogging lagi! Dari mana saja saya –mungkin ada yang rindu? Hm.. kali ini saya mengkambinghitamkan “adaptasi” sebagai penyebab saya vakum blogging selama satu tahun ini. Hehe. Adaptasi atau keasikan ya sebenarnya? Hahaha. Alhamdulillah wasyukurillah, hampir satu tahun ini say a finally hidup serumah dengan suami, di rumah kami sendiri. Saya lagi asik2nya mengurus suami, mengurus rumah, belajar bertetangga, belajar memasak (yang hanya PD disuguh ke suami aja, hehe), dan nyambi jadi general practitioner di puskesmas daerah Bintaro sektor 9. What a wonderful life, Alhamdulillah. Akhirnya ya, hidup saya terdengar normal! Hehe. Kali ini saya akan sharing tentang pengaturan keuangan rumah tangga ala kami, setelah beberapa teman request untuk dibahas in detail di blog. Bukan sesuatu yang unik dan inovatif actually, tapi mungkin saja ada kesamaan nasib di antara kita; yang menikah di usia yang muda, baru memulai karir (bahkan saya masih kuliah saat itu), dan jela