Memperjuangkan Cinta
Empat Bersaudara |
Dik, aku tidak
menyalahkanmu ketika anak seusiamu merasakan cinta. Cinta memang sudah Allah
ciptakan sejak Adam dan Hawa. Awalnya memang mereka saling
mencinta dengan damai di surga, tapi karena ketentuan Allah, keduanya
diturunkan ke bumi di daerah yang berbeda. Adam di India, Hawa di Jeddah. Maka
Adam menjadi pejuang cinta pertama di muka bumi. Ia terus berjalan kaki dari
India, demi menemukan kembali separuh jiwanya sampai akhirnya Allah pertemukan
mereka lagi di Jabal Rahmah. Suatu rasa yang memang layak diperjuangkan, karena
akan tentram bila bersama, dan akan gelisah bila berpisah.
Dik, sakit adalah
nama lain dari cinta ketika kita tidak memiliki izin halalnya. Karena memang sakit rasanya ketika mengetahui yang kita cintai
bukanlah milik kita. Rindu ya ngapain. Cemburu ya bukan hak kita. Sudah sia2
karena rindu dan cemburunya tidak berpahala, waktu dan pikiran terkuras pula.
Aaah... Air mata? Jangan bohongi kakakmu ini jika kamu tak pernah menangis
karenanya.
Dik, anak
seusiamu memang tak mengenal rasa takut. Laki2 maupun perempuan dengan berani
dan mudahnya mengatakan “aku cinta kamu”. Tidak taukah? Kata2 tersebut menuntut
konsekuensi. Seperti ketika kita berkata cinta kepada ummi dan abi. Maka
pembuktiannya adalah keberbaktian kita kepada mereka. Begitu pula jika kamu
berani mengatakan, “aku cinta kamu” kepadanya, maka pembuktiannya adalah
kehalalan cinta kalian. Jika sudah halal, sungguh hal remeh seperti sms “aku
cinta kamu” akan bernilai ibadah, tapi berpotensi maksiat jika sebaliknya.
Dik, ketika rasa
itu begitu menusuk, begitu dominan menguasai akal... Walau ternyata ia seorang
pendusta, walau ternyata ia suka main mata, walau ternyata ia mengincar kamu
punya harta, cintamu tetap membahana kepadanya.. Tolong, tolong kamu ingat kisah2 mereka yang tetap menempatkan cinta kepada Allah
di tempat yang tertinggi. Semoga hal itu bisa memberimu kekuatan bahwa kamu pun
pasti bisa rasional. Kamu pasti bisa mengalahkan cintamu kepadanya dan
memenangkan cintamu kepadaNya. Toh kalian sama2 manusia.
Dik, isilah waktumu dengan kegiatan apapun yang baik. Jangan sisakan waktumu untuk
memikirkannya, apalagi bermaksiat dengannya. Tukar waktu sms-an, telponan,
melamunmu, dan mellowmu dengan berorganisasi, menjadi relawan, atau datang
kajian. Jangan isi masa mudamu dengan galau picisan semata; menangis karena
dicuekkin, menabung untuk belikan jam tangan idamannya, melayang karena
dijanjikan “aku milikmu seutuhnya.” Menyedihkan. Jika kamu memang merasa
memiliki persediaan cinta yang besar, bagikanlah cintamu kepada anak2 yatim
atau orang2 berkekurangan. Bermainlah ke panti asuhan. Sisihkan uang jajanmu
untuk mereka, barokah insyaAllah. Berilah senyum termanismu untuk mereka,
barokah insyaAllah. Banyak cara untuk menyalurkan energi cinta. Banyak cara
memanfaatkan waktu. Banyak cara meluruhkan hasrat potensi maksiat.
Dik,
berserahlah kepada Penggenggam Hati. Mintalah kepadaNya untuk menghadiahkan
rasa cinta seperti ini nanti saja. Nanti; ketika dengan saling berjabat tangan
saja justru akan merontokkan dosa kalian berdua. Mintalah kepadaNya untuk
menjaga kemurnian hati dan cintamu. Hingga yang bisa menikmati kemurnian itu
hanyalah suamimu seorang kelak. Mintalah kepadaNya untuk memberimu kesabaran
menghadapi fitnah akhir zaman; ketika mendengar teman2mu yang lain dengan riangnya
bercerita tentang romantisnya kekasihnya, dan ketika melihat mereka dengan
ringannya saling berjabat erat. Mungkin mereka tidak tau, lebih baik tersentuh
bara api daripada bersentuhan dengan kulit lembut namun tidak halal baginya.
Dik, jangan sampai
ilah-mu tertukar. Menuruti peraturannya, tapi tidak menuruti perintahNya.
Menuruti “ikat komitmen denganku, kulamar kau suatu saat nanti”, tapi tidak menuruti “jangan dekati zina”. Ilahmu
itu siapa? Imanmu dimana?
Dik, jangan
manjakan perasaanmu. Jika kamu senang jika ada yang memperhatikanmu, kurangkah
perhatian ummi bangun paling pagi demi masak untuk sarapan kita semuanya?
Kurangkah perhatian abi berpuluh2 kilometer bolak-balik kantor-rumah demi kita
bisa sekolah? Aku saja menangis demi menulis ini. Masihkah kamu mengemis
perhatian dari orang antah berantah itu? Turunkan egomu. Bahagiakan ummi abi;
berprestasilah, santunlah. Tau diri :)
Dik, seperti
yang aku bilang di awal. Cinta memang layak untuk diperjuangkan. Cinta itu
adalah ketika kita berusaha mati2an untuk kebahagiaan dan kebaikan orang yang
kita cintai. Tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat. Dan cara
memperjuangkan cinta itu ada dua. Pertama, kamu mati2an mengambilnya. It means
kamu segera menikah dengannya. Kedua, kamu mati2an mengembalikannya. Yang
artinya kamu mundur, menjaga dirimu dan dirinya dari ketiadaan ridha Allah.
Mati2an. Tidak setengah2.
Dik, jangan
terkecoh dengan definisi siap menikah zaman sekarang. Siap menikah bukan
berarti bergaji tetap dan sudah memiliki rumah. Itu bukan realistis, tapi materealistis. Jika kacamata siap menikahnya adalah kemapanan, bagaimana
pendapatmu tentang Rasulullah yang justru menerima pinangan Ali untuk Fatimah? Ali belumlah mapan.
Padahal sebelumnya telah banyak sahabat Rasul lain yang jauh lebih mapan sudah
datang untuk meminang Fathimah. Tapi Rasulullah tolak. Sungguh bukan kemapanan
yang menjadi patokan. Menikahlah ketika kamu sudah siap menikah; yaitu sudah
siap menanggung konsekuensi dan kehidupan pasca nikah bersama dengan pasangan,
saling melengkapi, dan melaju sinergis dalam kebaikan.
Dik, kakakmu ini
bukanlah orang yang tidak pernah kenal perasaan jenis ini sebelum menikah. Kamu
tau sendiri. Tapi waktu itu aku berusaha, dengan sekuat2 usaha untuk melepaskan
diri dari kenyamanan dan kebahagiaan semu. Ya, semu. Benar2 semu. Karena justru
aku gundah gulana, aku memang (sepertinya) dicinta olehnya, tapi di lain sisi aku
takut dimurka olehNya. Alhamdulillah, bisikan itu datang, aku sharekan untukmu, ya
“Lebih baik sakit hati saat ini dibanding mati hati. Tidak peka membedakan,
bahkan tidak bisa membedakan mana yang benar mana yang salah. Ilah yang sudah tertukar. Jika orang sakit
masih bisa sembuh dan hidup normal, sedangkan kalau orang sudah mati? Bisakah ia hidup kembali? Rasanya
hati pun seperti itu.”
Dik, jangan khawatir
dengan ketentuan Allah, jangan mengada2, jangan mendahului dengan sok
komitmen2an, jangan terpedaya dengan janji manis. Ini adalah ujian keimanan.
Ini adalah ujian aqidah. Seberapa besar kamu mempercayai perkataanNya,
janjiNya, dan rezekiNya. Sungguh yang tampak manis, belum tentu barokah. Bisa
saja itu adalah gula2 yang ditaburkan oleh setan yang selalu menginginkan anak
manusia tergelincir dalam kesalahan. Putuskan dengan berani dan tanpa tawar, maju atau sudahi.
Super sekali mbak, ini ceritanya pas Mbak Mulki lagi mengelus2 adiknya ya sampil ngasih wejangan keren gini.
BalasHapusLike this
ikut menghayati makna dibaliknya :)
BalasHapus`trims...
aku merinding bacanya, problematika kaum muda.
BalasHapussedikit pengalaman pribadi juga, melepas yang belum hak kita itu memang gak gampang, tapi subhanallah Allah justru mengganti yang jauuuhh lebih baik.
salam kenal mba mul :D
Cinta itu adalah ketika kita berusaha mati2an untuk kebahagiaan dan kebaikan orang yang kita cintai. Tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat. Dan cara memperjuangkan cinta itu ada dua. Pertama, kamu mati2an mengambilnya. It means kamu segera menikah dengannya. Kedua, kamu mati2an mengembalikannya. Yang artinya kamu mundur, menjaga dirimu dan dirinya dari ketiadaan ridha Allah. Mati2an. Tidak setengah2.
BalasHapusTerima kasih utk paragraf ini mbak mulki :'(
mbak :') aku merinding super...sumpah..
BalasHapuskeren banget kalo aku bisa punya kakak kayak mbak :)
aku bahkan belum bisa menjadi kakak yang baik buat adik2..
^^
yakinLah tiada cinta yang lebih utama dan lebih indah selain cintaNya, karena cintaNya yang membuat orang lain jatuh cinta padamu. :)
terima kasih sudah ikut membaca dan memberikan feed back, teman2 :)
BalasHapusdahsyat....
BalasHapusKereeeen.. Saluuut... Pokoknya gg ada istilah Pacaran sebelum Nikah... semangat... !!! Insya Allah akan indah pada waktunya.... ^_^
BalasHapusmemperjuangkan cinta untuk orang yang terkasih itu hal yang manis..
BalasHapus:D kerennn~~
BalasHapusSubhanalllah. Mencerahkan
BalasHapusSemangat sekali mba..suka deh sama tulisannya :D
BalasHapuskerennnnn ^^b
BalasHapushohoho semangaaaaaat :D suka suka!
BalasHapus
BalasHapussalam super sahabat,
tetap semangat dan sukses selalu ya
ditunggu kunjungan baliknya :)
salam super sahabat,
BalasHapustetap semangat dan sukses selalu ya
ditunggu kunjungan baliknya :)
Kunjungan perdana sobat :) sambil baca2
BalasHapusvisit n koment back y dblogq :)
klo boleh skalian follow blogq y nnti ak folback.
salam super sahabat,
BalasHapustetap semangat dan sukses selalu ya
ditunggu kunjungan baliknya :)
salam super sahabat,
BalasHapustetap semangat dan sukses selalu ya
ditunggu kunjungan baliknya :)
Emang semua perlu perjuangan..
BalasHapuscinta itu, kata Khalil Ghibran, datang karena ada kecocokan jiwa, dan cinta tidak datang dari pendekatan yang lama. salam kenal Bu Dok?
BalasHapusmasyaa Allaah.. kakak aku terharu banget bacanya :'
BalasHapusterimakasih kakak, tulisan yang sangat inspiratif.. baarakallaahu fiik :')
salam semangat penuh motivasi
BalasHapusselalu inspiratif, terima kasih untuk tulisannya yang sangat bagus :)
BalasHapussamapi nangis saya bacanya.. ijin share ya mbak...
BalasHapusbarokallahu fiik...
subhanalloh.. iki bener2 inspiring, mbakyu.. heuheu.. :) *sadar*
BalasHapusMba mul, tulisan2mu selalu keren mba :)
BalasHapuscinta sama allah udah memang untuk segalanya
BalasHapusTerima kasih sudah berkenan membacanya, teman2 :)
BalasHapus~mulki
subhanallah Mbak tulisannya menyadarkan kakak kakak dodol seperti saya yang ndak bisa berbicara dengan hati ke adiknya sendiri, mudah2 bisa menjadi kakak yang baik
BalasHapusterimakasih sarannya, ini sangat tegas dan membantu.
BalasHapus