Hai, seseorang pada masa lalu. Lama kita tidak berbincang lepas seperti dulu. Perihal soal-soal sulit. Atau dinamika lingkungan yang kita rekayasa, sekaligus merekayasa kita. Tentang Negara Indonesia kita. Tentang cita2 hamba akhir zaman, yaitu mencapai kesholihan. Juga tentang kisah kecut manis para remaja, cinta omnya onyet. Hampir semua hal, we talked to each other. Till trifling thing, kaya bosan sama makanan di rumah, jerawat yang tak kunjung beres, juga tentang iklan baru yang ada di televisi. Haha, how austis we were!
Hai, seseorang pada masa lalu, bukan masa kiniku. Kau adalah salah satu orang yang saya kenal dengan semangat kontribusi terbesar kepada negaranya, kini masihkah? Semoga, ya. Saya selalu bahagia hati. Bahagia ketika kau jaharkan isi pikiran dan isi hatimu tentang Indonesia kita, dan maksud baikmu terhadap Indonesia kita. You infected me your crazy awareness about our Indonesia, you forced me to think and feel, opened eyes and heart, challenged me to act something for our Indonesia. Di belakang kaca matamu, saya lihat permatamu makin mengkilat ketika kau bicarakan tentang Indonesia kita.
Hai, seseorang pada masa lalu. Yang memanggilku
popeye, dan kupanggil kau
brutus. Oh ya, baru inget! Kemana ya boneka popeyeku? Haha. Bodoh! Seharusnya saya bawa ke Solo ya boneka popeye itu. Kali aja saya jadi malu kalo lagi males, kalo lagi lemes, kalo lagi gajebo, pas lihat boneka itu. Malu sama kamu yang dulu terus2an ngajarin saya tentang working hard, tentang jiddiyah, tentang keep husnuzhon sama takdir2 Allah. Haduuuh… should be.
Hai, seseorang pada masa lalu. I have qs for you (don’t answer) and stories. Huhu, bener2 deh. Saya lagi kangen banget sama dulu, tentang kita. Words cant describe how much I miss our quality time.
Q: Brutus, minus mata kamu sekarang berapa? Bener2 deh, kamu tuh mengkhawatirkan. Dulu aja sebelum kamu jadi seorang computer science colleger, you told me, your glasses were your truly eyes. And now, definitely you interact computer more -and more- than before. Tell me, how’s your eyes? Kalo lelah, istirahat dulu. Dijaga matanya, baru umur 21, loh.
Q: Brutus, si Nisa sama Vito, apa kabar? Nisa sekarang udah semester 5, ya. Wah2.. si calon dokter gigi. Nanti saya boleh ya bersihin karang gigi gratis? Hehe. Kalo si ganteng Vito kelas berapa sekarang? Sekarang si Qowi sudah jadi ikhwan jiddan, loh. Lagi semangat2nya numbuhin jenggot. Saya suka iseng narik2in jenggotnya. Trus nanti dia sewotin saya deh. Haha. Dia sekarang kelas 3 SMA. Saya jadi ingat dulu kita saling bahu-membahu banget ya waktu kelas 3. Prinsip kita: WE MUST SUCCESS. BOTH! Tenks banget, ya. Haaaaah inget, dulu kamu suka marah2 kalo saya ga bisa ngerjain suatu soal kimia, padahal menurutmu itu cincay parah. Dan karena dendam (evil mode: on), saya juga sering blamming kamu yang payah bin odong2 di bagian bilogi.
Si ghifar sekarang sudah kelas 1 SMA, masuk 70. Huhu, khawatir banget sebenernya si Ghifar ikutan “anak angkatan” yang kerjaannya tawuran mulu. Pinter-pinter tapi kalo palanya bocor mulu gara2 ketimpuk batu kan bisa maut juga! Trusss.. sekarang si Diena udah jadi ABG banget, tus. How beautiful she is, saya kalah banget deh (menggergaji nadi tangan mode: on) Alhamdulillah udah pake kerudung, tapi tomboy. Di sekolahnya, si Diena punya panggilan pribadi, loh. Si Kruput. Alias si Krudung Putih. Haha.
Q: Brutus, bagaimana tentang kamu dan Indonesiamu? Kamu dulu suka banget ngomongin POWER and INFLUENCE. Tapi saya happy kok. Ga bosan. Daripada nggosip ra cetho, mending dengerin kamu dan konsepan tentang Indonesiamu. Hey hey… Saya belum update info lagi nih. Ada perubahan visi misi ga dari yang dulu? Langkah-langkah strategis dan rencana kiprahmu ada yang berubah ga? Pengen deh dengerin semuanya. Kira-kira 20-30 tahun lagi kali, ya, saya bisa lihat kamu di televisi, sebagai salah satu calon Presiden Indonesia. Ups, saya jadi ingat. Previously, you proposed me buat jadi Wakil Presiden. Haha. Ada2 aja… kamu bilang, “belum ada kan di seluruh dunia, Presiden seorang ahli computer, dan wapresnya seorang dokter? We must be the first, Mul!”
Seperti yang kamu tau tentang saya, ambil bagian dalam pemerintahan pun ada dalam life mapping saya. But it was! Afwan jiddan saya membelot dari rencana awal. Good bye, Kementerian Sosial! Good bye, Kementrian Pemberdayaan Wanita! Cita-cita saya berputar 180 derajat. Dari seorang pejabat dengan power dan influencenya, menjadi seorang motor di basis masyarakat. Menyentuh masyarakat langsung dengan tangan saya, bukan hanya dari kebijakan. Memang lokal, tapi insya Allah akan saya openi sebaik-baiknya. Power juga butuh basis, kaan? Kamu bisa andalkan saya. Hm… sebenarnya belum jadi sih, in progress, saya sedang berusaha untuk belajar tentang community development bersama beberapa teman. Dari nol. Sambil melakukan. Doanya, ya.
Q: Brutus, saya yakin kamu lulus tahun depan, bagaimana skripsimu? Punya saya stagnan. Tidak banyak yang bisa saya critakan tentang skripsi saya, karena memang belum jalan sama sekali. Kalau ada kamu, pasti kamu sudah teriak-teriak di telinga saya untuk segera garap skripsi. “Nungguin apa sih lo, Mul? Tunggu gue udah ubanan?” mencoba membayangkan dirimu. Logika saya juga nyuruh saya mengerjakannya. Apa susahnya? Tapi ada sesuatu dalam diri ini, yang menghadirkan keengganan. Enggan karena sesuatu itu! Sesuatu itu hadir sejak peristiwa hilangnya semua data proposal skripsi saya. Semua. Baik semua babnya, semua jurnal2nya, pun semangatnya. Sungguh saya tidak menangis ketika itu. Hanya pias. Beku semuanya. Sampai sekarang. Saya tau kamu pasti kecewa dengan sikap chicken saya. Saya tau kok harus memulai lagi, tidak ada jalan lain. Give me time to fix myself out.
Q: Brutus, gimana kabar liqoanmu? Mungkin dulu saya orang terbawel, mastiin kalo kamu liqo tiap pekannya, berangkat dauroh ga pake nyangsang, dan aktif kegiatan islam di tempat kamu tinggal. Masih istiqomah, kan? Tak pites nek ora. Saya di sini pun terus berusaha bersama dengan orang-orang sholih, yang merasa hidup di dunia itu bareng2, hidup di dunia itu akan habis jangka waktunya, hidup di dunia itu akan dipertanggungjawabkan someday later, dan hidup di dunia itu untuk meraih mardhotillah. Berusaha untuk teguh dan sabar dalam jalan juang di dunia, sambil bermimpi mengecap syahdunya bertemu Rabb kita nanti. Iya, di jalan juang yang menuntut harta dan jiwa kita, yang meniscayakan kita untuk tetap berangkat walau keadaan kita sedang berat melangkah, yang dijanjikan oleh Allah bahwa ini adalah sebaik2 perniagaan.
Q: Brutus, apa kau sekarang bahagia? Semoga, iya. Dengan prestasi intermilan akhir2 ini, kamu pasti bahagia. Kamu juga pasti bahagia di kampus. Walau dulu sempet melancarkan aksi ngambek ketika tau kamu bukan orang yang ditakdirkan Allah untuk going abroad ke NTU. 1 minggu kamu ga mau saya ajak bicara, bahkan saya sapa juga ogah. Dasar. Saya dulu sempat sangat bersalah, loh. Karena pernah bilang, “kamu ga boleh pergi ke Singapur, sebelum bisa mengucap namaku (Mulki Rakhmawati) dengan benar dan fasih!” dan sampai sekarang pun, sepertinya kamu masih cadel kan? R-mu bukan errr, tapi ergh. Tapi memang benar janji Allah, doa dan ikhtiar kita tak pernah sia2. Jika tak mendapatkan A, kita pasti dapat B atau C. Dan itu pasti lebih baik untuk kita. Kamu juga pasti bahagia di rumah. Tenang… saya juga bahagia. Hm… Memutuskan untuk bahagia.
Words cant describe how much I miss our quality time.
Huhu...Menarik ya...denger percakapan Brutus dan Popeye. walau gak begitu mudeng sih...
BalasHapustapi bagian paling menarik ini:
"Cita-cita saya berputar 180 derajat. Dari seorang pejabat dengan power dan influencenya, menjadi seorang motor di basis masyarakat. Menyentuh masyarakat langsung dengan tangan saya, bukan hanya dari kebijakan. Memang lokal, tapi insya Allah akan saya openi sebaik-baiknya."
ah, seandainya ada banyak orang seperti Mulki...
aamiin. semoga tercapai cita2 ituuuu...
HapusIS VERY GOOD..............................
BalasHapusihiy.
BalasHapus