5-6-1 of Marriage
Kita tidak akan bicara tentang cinta, tapi kita akan bicara tentang pernikahan. Hm... Marriage is not a noun. It’s a verb. It is not something you get, but it’s something you do.
Ketika sudah sampai masamu. Please...
Part one
1. Berani
1. Berani
Be brave to step. Ketika kita memasuki masanya, maka tiada lagi jalan untuk berpaling. Kita harus memilih satu di antara banyak jalan yang akan membawa kita pada perhentian terakhir, atau...kita tetap tersesat di dalamnya untuk selamanya. It’s better to go forward, guys. Not stay in her. Tell your heart that the fear of suffering is worse than the suffering itself.
Dari sinilah akan berawal sebuah langkah. Ya, karena berani. Seperti kata lagu, “Percuma saja berlayar, kalau kau takut tenggelam. Percuma saja bla3.. kalau kau takut bla3.” *Asiiikk daahh jempolnya :p
2. Percaya Diri
2. Percaya Diri
Manusiawi kok ketika kita merasa tidak percaya diri. Mungkin kita berkaca kepada orang tua. “Saya tidak bisa masak seenak dan seberagam mama.” Atau “Saya belum punya rumah pribadi” Atau “Saya tidak terampil ngurus anak” Yaa jelaslaaah, yang kita lihat adalah mama yang sudah menikah selama 25 tahun, yang kita inginkan hidup yang mudah.
Okelah kalau memang belum, tapi mulailah untuk percaya pada diri sendiri, bahwa kita akan bisa. Mulai hapus kata tidak percaya diri: “not or not yet” dan ganti dengan yang lebih optimis : “Not yet, but soon.”
3. Siap
3. Siap
Kesiapan memang sangat mempengaruhi keberanian dan kepercayaan diri. Tidak ada patokan usia yang khusus untuk memulai rumah tangga. Hanya anjuran dunia medis, silakan menikah jika sudah lebih dari usia 16 tahun bagi wanita untuk meminimalisasi risiko kanker serviks. Dan anjuran pemerintah untuk menikah lebih dari usia 19 tahun bagi wanita dan 21 tahun bagi pria.
Sekali lagi, bukan patokan usia. Dan saya tidak akan membahas hal2 apa saja yang harus kita persiapkan, atau hal2 apa saja yang bisa membuat kita merasa siap. Sudah banyak buku2 atau seminar2 yang membahasnya... Bahkan dulu sepertinya saya pun pernah membuat postingannya. Hm... saya cari... Haha. Ternyata ga ada. Adanya cuma ini dan ini.
4. Menerima
4. Menerima
Wake up, guys. Everybody has their own black book. Try to be realistic. Kita juga bukan orang tanpa dosa, bukan orang terpandai, bukan orang tersuci, bukan orang ter- dan ter- yang lain. Mulailah dengan membuka hati dan menerima. Ketika kita merasa cukup, ketika itulah kita bisa memulai suatu pernikahan.
Bukanlah untuk gengsi2an, bukanlah untuk popularitas, bukanlah hanya menjadikan yang haram menjadi halal pernikahan itu terjadi, tapi untuk ibadah dan menjalankan sunnah Rasul. “Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, hanyalah untuk Allah.”
5. Basmalah
5. Basmalah
Nggak ada cara paling ideal until you stop asking why and how. Just start to act!
Allah itu punya segalanya.. Kamu ingin kebahagiaan, mohon aja. Kamu perlu jalan keluar, mohon aja. Ia punya segalanya, yakinlaaah...
Allllllll youuu have to dooo, just ACT! With His name.. Always billah, lillah, and fillah..
Dan itulah tadi 5 komponen untuk mengawalinya.
Dan itulah tadi 5 komponen untuk mengawalinya.
Part Two
1. Komitmen
Well, sudah menikah deh ^_^ opini yang sudah menikah, “waaah... menikah itu gak enak. Tapi enak banget!!” atau “kalo tau senangnya menikah kaya gini, gue bakalan nikah dari dulu2 deh.” Dan atau2 yang lain.
Itu kata siapa? Pasutri yang baru nikah 2 hari? 3 minggu? 4 bulan? Salut ^_^ tapi saya akan lebih salut lagi ketika yang bilang seperti itu adalah orang yang sudah 25, oke 10, oke 5 tahun menikah...
Pada kata komitmenlah kuncinya. Ketika seseorang sudah memutuskan menikah dengan fulan/ah berarti ia sudah memutuskan untuk bahagia bersamanya. Sebanyak apa pun omelan, sebanyak apa pun dominansi, sebanyak apa pun kesabaran yang harus dikeluarkan. Tapi ia sudah memutuskan untuk bahagia, dan komitmen mengusahakannya. Hukum ini berlaku untuk kedua belah pihak.
Kalau hanya satu pihak yang komitmen? Itu perkara lain. Panjang deh urusan :p
1. Komitmen
Well, sudah menikah deh ^_^ opini yang sudah menikah, “waaah... menikah itu gak enak. Tapi enak banget!!” atau “kalo tau senangnya menikah kaya gini, gue bakalan nikah dari dulu2 deh.” Dan atau2 yang lain.
Itu kata siapa? Pasutri yang baru nikah 2 hari? 3 minggu? 4 bulan? Salut ^_^ tapi saya akan lebih salut lagi ketika yang bilang seperti itu adalah orang yang sudah 25, oke 10, oke 5 tahun menikah...
Pada kata komitmenlah kuncinya. Ketika seseorang sudah memutuskan menikah dengan fulan/ah berarti ia sudah memutuskan untuk bahagia bersamanya. Sebanyak apa pun omelan, sebanyak apa pun dominansi, sebanyak apa pun kesabaran yang harus dikeluarkan. Tapi ia sudah memutuskan untuk bahagia, dan komitmen mengusahakannya. Hukum ini berlaku untuk kedua belah pihak.
Kalau hanya satu pihak yang komitmen? Itu perkara lain. Panjang deh urusan :p
Saat kamu ingin melepaskan seseorang, ingatlah pada saat kamu ingin mendapatkannya.
Saat kamu mulai tidak mencintainya, ingatlah saat pertama kamu jatuh cinta kepadanya.
Saat kamu mulai bosan dengannya, ingatlah saat terindah bersamanya.
Saat kamu ingin menduakannya, bayangkan bahwa dia selalu setia.
Saat kamu ingin membohonginya, ingatlah saat dia jujur kepadamu.
Hm... Yang saya tekankan. Untuk para suami, Anda bukanlah womanizer, tapi Wifezer. Untuk para istri, kita bukanlah manizer, tapi husbandizer. Pada ngerti ga, ya? Haha ^_^
Pun komitmen dengan visi-misi pada awal menikah (atau pada revisi visimisi :p). Pun komitmen untuk menjadi teladan. Pun komitmen untuk tetap berdakwah. Dan pun2 yang lain ^_^ Puuuuunnnn-ten :p
2. Senantiasa belajar dan berlatih
Belajar tentang kepribadian pasangan. Belajar tentang kesukaan dan ketidaksukaan pasangan. Di awal2 pernikahan, mungkin kita mesti make it clear. Karena pasangan kita bukan dukun yang tau apa yang kita mau dan tidak mau. Masa iya baru nikah seminggu, tapi udah ngambek2an? Ga asik kan... Berlatihlah untuk menyesuaikan ritme dan irama.
Belajar juga untuk meminta izin dengan baik jika kita tidak bisa memenuhi permintaannya, “I’d love to, but i can’t. Sorry..”
Belajar untuk memaafkan dan selalu memberinya 1juta kesempatan, tanpa ia minta.
Belajaaaar...
Pernikahan itu ladang amal. Tetaplah fastabiqul khairat! Yang suami, belajar dan berlatih untuk menjadi suami yang baik, suami yang banyak pahala, suami yang menggemaskan, suami yang menyenangkan, dan suami yang diridhoi Allah. Pun sebaliknya. Jangan sampai istrinya teruuuusss belajar, nilainya sebagai istri selalu makin baik dari hari ke hari di catatan harian malaikat. Tapi si suami teruuuusss aja dapet nilai merah dan remedial di tiap harinya. Hadeeuuhh...
3. Lakukan yang terbaik
We never know what’ll come next. Lakukan yang terbaik yang kita bisa tiap waktunya. Kalau senyum kita yang terbaik adalah nyengir ke kanan 2cm, ke kiri 2cm. Lakukan! Kalau suami kita membelikan bunga, padahal kita lebih suka cokelat, tetaplah berterima kasih dengan meltingan terbaik. Kalau istri Anda masak keasinan, jangan malah dituduh mau nikah lagi, tapi beri tahulah masakannya keasinan dengan cara yang terbaik.
Kalau kita sedang mendoakannya, doakanlah yang terbaik. Kalau kita sedang mencari nafkah, carilah nafkah sesuai kemampuan kita yang terbaik. Kalau A, maka A-lah yang terbaik. Jika B, maka B-lah yang terbaik. Spread the best you have. If tomorrow never comes, then do it.
4. Doa
3. Lakukan yang terbaik
We never know what’ll come next. Lakukan yang terbaik yang kita bisa tiap waktunya. Kalau senyum kita yang terbaik adalah nyengir ke kanan 2cm, ke kiri 2cm. Lakukan! Kalau suami kita membelikan bunga, padahal kita lebih suka cokelat, tetaplah berterima kasih dengan meltingan terbaik. Kalau istri Anda masak keasinan, jangan malah dituduh mau nikah lagi, tapi beri tahulah masakannya keasinan dengan cara yang terbaik.
Kalau kita sedang mendoakannya, doakanlah yang terbaik. Kalau kita sedang mencari nafkah, carilah nafkah sesuai kemampuan kita yang terbaik. Kalau A, maka A-lah yang terbaik. Jika B, maka B-lah yang terbaik. Spread the best you have. If tomorrow never comes, then do it.
4. Doa
Hanya Allahlah tempat bergantung. KepadaNyalah kita mohon segala yang baik2 untuk segala urusan kita, termasuk kesakinahan (ketentraman) pernikahan. Memohon kepada Allah adalah something real to make comfort.
5. Syukur
5. Syukur
Too much estimation will kill you, but too much gratefull will NOT kill you. Hehe... ^_^
“Ow.. i should know before...” bahwa ia manusia, pasti akan lelah.
“Ow.. i should know before...” bahwa ia manusia, pasti akan ada khilafnya, karena ia bukan malaikat.
“Ow.. i should know before...” bahwa ia manusia dan hatinya tidak mati, maka masih bisa membedakan mana yang benar atau tidak.
Ketika kita marah, tetaplah selipkan sabar di dalamnya. Ketika kita kecewa, tetaplah selipkan syukur di antaranya. Ingatlah janji Allah untuk melipatgandakan nikmat ketika kita bahagia. Jangan2, sekarang kita sedih, karena dulunya lupa bersyukur... Nah looh..
6. Saling
6. Saling
Tidak istri saja yang menyesuaikan, tapi juga suami. Tidak hanya suami saja yang berkehendak, tapi juga istri. Tidak hanya suami saja yang dipijiti, tapi sesekali sebaliknyalah. Untuk hal2 yang baik, kata “saling” oh..sangat indahnya. Saling mewarna dan diwarnai. saling belajar dan dipelajari. Saling encourage dan enlighten. Saling mengingat dan diingatkan. Saling mencinta dan dicintai.
6 komponen penting menjalaninya.
6 komponen penting menjalaninya.
Happy ending beginning. Menjadi suami yang dirindu surga. Menjadi istri yang dirindu surga ^_^
1 komponen terpenting pada akhirnya.
bener-bener ya ini anak... semangat ci Mul.. :D
BalasHapusbener2 apanya nih, mbak? sok taunya ya? hahahaaa.. bukannya emang dari dulu bgitu? hehe.
BalasHapus