Kalo Kita Dikhitbah


Yang Ini Buat Cewek :)

Oke deh, yang baca tulisan sebelumnya insya Allah bakalan klop kalo diajak ngomongin yang satu ini. Nah, kadangkala, anak cewek yang akhirnya kebingungan. Kalo kemarin kita bahas anak cowok yang bimbang dan kurang pede untuk mengkhitbah akhwat, kita kasih support supaya mantap dan berani, sekarang kita coba nemenin anak cewek untuk bersikap bijaksana dalam menghadapi pinangan anak cowok.

Paling nggak ada beberapa masalah yang dihadapi anak cewek dalam urusan ini. Misalnya, ketika datang anak cowok yang berani menyatakan keseriusannya untuk menikah dengannya, adakalanya anak cewek suka keder menghadapai ini. Sebab, tak selamanya begitu mendapat pinangan langsung seneng. Kenapa? Bisa jadi kasusnya adalah begini; ada orang yang meminang dirinya, tapi ternyata nggak sesuai dengan kriteria pria idamannya. Kan itu bikin bingung. Maksud hati berharap yang datang tipe Arjuna, eh, yang berani dan nekat ngedatengin malah tipe Rahwana. Karuan aja bak serasa disamber petir. Waduh, gimana cara menolaknya? Apalagi ortu juga turut campur, makin berabe aja tuh.

Masalah lain yang biasanya terjadi adalah, begitu ada anak cowok yang berminat sama kita, eh, kitanya masih pada sekolah or kuliah. Wah, itu bikin masalah juga ya? Mungkin kalo yang udah kuliah nggak terlalu bermasalah, asal pandai ngasih keyakinan sama ortu.

Masalah lainnya apa? Kita udah sama-sama oke dengan pasangan kita, eh, ortu kita malah nggak setuju. Mending kalo alasannya bisa dipertanggung jawabkan secara ajaran Islam, kadangkala hanya persoalan nasab, harta, status sosial, dan seabrek masalah yang nggak perlu dijadikan sebagai paramater untuk membina sebuah rumah tangga. Tapi walau bagaimana pun juga itu adalah masalah yang kudu diselesaikan dengan tuntas. Ngomong-ngomong, jadi gimane neh kalo kamu dikhitbah?

Jangan repot-repot; terima!
Wacksss? Sembarangan, main terima aja. He..he..he.. ini ceritanya kalo memang udah sreg gitu lho. Apalagi ortu kita setuju. Kita dan anak cowok itu juga sama-sama aktivis pengajian. Wah, itu sih jangan dilama-lamain, mending segera terima pinangan dan nikah. Duh, enak banget ya kalo itu terjadi sama kita-kita. Jelas aja, itu kan kondisi ideal.

Oya, kita ngasih saran begini bukan ngebelain anak cowok lho. Seperti halnya anak cowok, yang cewek juga jangan pilih-pilih deh. Maksudnya, menggunakan pilihan yang nggak perlu. Seperti, menentukan bahwa calon suaminya kudu pandai bahasa Arabnya, kudu sekufu dalam hal status sosial (kalo kita sarjana, ya, calon suami kita juga kudu sarjana), terus minimal punya wajah yang nggak kalah ganteng dengan para personelnya Westlife, udah gitu harus keturunan ningrat, lagi. Wah, itu keberatan sama kriteria, bisa-bisa jadi keburu tue Non, karena kriterianya ideal banget.

Uppsss.. sori, nggak nuduh lho, tapi mengingatkan. Apalagi kamu udah tahu kalo yang berminat sama kamu itu orangnya berakhlak mulia dan pengetahuan agamanya oke. Cuma kurangnya, seperti yang tadi disebutkan. Jadi, sebetulnya nggak bijaksana dong kalo kamu menolak, dan kayaknya nggak pantes. Apalagi sih yang mau diharapkan? Iya nggak?

Dan buat para ayah serta walinya anak puteri, kudu waspada. Firman Allah Swt.: "Dan janganlah kamu nikahkan wanita-wanita mukminat dengan pria-pria musyrik sebelum mereka beriman.” (TQS al-Baqarah [2]: 221)

Tapi yakin kok, bahwa kita yang cewek juga udah ngeh dan nggak salah pilih dalam menentukan kriteria. Kalo yang dateng itu orangnya sholeh dan berakhlak mulia, biasanya temen puteri juga langsung nyetel aja. Iya nggak? Tapi kalo memang nggak sreg. Namanya juga manusia ya? Ada aja keinginan lebih dari itu. Dan keinginan itu boleh-boleh aja kok. Sebab yang namanya perasaan itu susah sih. Kudu bener-bener ada ‘getaran’ yang, gimanaaa gitu… Aduh, sulit menjelaskan dengan kata-kata.

Kalo kejadiannya kayak gitu, kita boleh aja nolak, tapi kudu baik-baik ya. Anak cowok juga sama punya perasaan. Jadi kalo kamu nolak pinangan, ya jangan dipublikasikan ke orang lain dong. Apalagi sampe bangga segala, dan menganggap pasaran kamu naik karena kamu jual mahal. Wah, itu nggak baik, Non.

Boleh nggak wanita ‘menawarkan’ diri?
Wah, nekat amat? Nggak juga tuh. Memang sih umumnya wanita bersikap pasif. Artinya nungguin ada yang meminang dirinya. Tapi Islam membolehkan lho, wanita menawarkan diri kepada seorang laki-laki untuk dijadikan istri. Pada masa Rasulullah saw. ada perempuan yang pernah melakukannya seperti diriwayatkan dalam hadis berikut: “Dari sahl bin sa’ad, bahwa Rasulullah saw. pernah didatangi oleh seorang perempuan, lalu ia berkata: ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya saya menyerahkan diri kepada Tuan’. Ia berdiri lama sekali, kemudian tampil seorang laki-laki dan berkata: ‘Ya Rasulullah, kawinkanlah saya dengan perempuan ini seandainya tuan tidak berhasrat kepadanya…” (HR Bukhari)

Nah, jadi silakan saja, kalo emang kamu berkenan untuk melakukan itu. Nggak dilarang kok. Memang sih, tradisi yang ada di sini, mengharuskan wanita bersikap pasif. Kalo ada yang ‘agresif’, malah mungkin dianggap kenapa-napa. Jadi dari segi hukum boleh-boleh aja. Mau? Silakan dicoba. He..he..he..

Kalo ortu yang bikin masalah?

Nah, ini juga jadi persoalan Non. Untuk urusan ini adakalanya gampang-gampang susah. Tapi jangan sedih. Tenang aja. Misalnya, kamu ‘dijodohin’ sama ortu kamu. Padahal kamu nggak suka sama lelaki yang dipilihin sama ortumu. Sebenarnya kamu bisa aja nolak. Boleh kok.

Dari Ibnu Abbas bahwa seorang gadis datang kepada Rasulullah saw. lalu ia menceritakan kepada beliau tentang ayahnya yang mengawinkannya dengan laki-laki yang ia tidak sukai. Maka Rasulullah menyuruh dia untuk memilih (menerima atau menolak).” (HR Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Daruquthni)

Begitu
Non. Tapi tentunya kamu menyampaikan kepada ortu dengan baik-baik pula. Nggak boleh sambil marah-marah. Jadi, mau nerima silakan, mau nolak juga nggak masalah. Semua diserahkan kepada kamu, kok. Dan cuma kamu yang berhak menentukan pilihan. Bukan orang lain.

Kalo udah jadian dikhitbah?

Wah,
alhamdulillah atuh. Tapi inget, khitbah adalah semacam ‘pintu’ menuju nikah. Jadi belum sah ngapa-ngapain. Memang sih, mentang-mentang anaknya udah ada yang meminang, suka ada ortu yang membiarkan anaknya bebas kemana-mana bareng tunangannya. Wah, kalo gitu apa bedanya dengan pacaran? Itu kan sama aja gaul bebas. Dan jelas berdosa dong. Haram lho.

Nah, kalo emang udah ‘kebelet’ mendingan nikah aja langsung. Nggak usah ditunda-tunda lagi. Lebih save. ‘Penyakit’ orang yang udah punya tempat untuk berbagai cerita, biasanya pengennya ketemu melulu. Celakanya, kalo terus-terusan ketemu, nggak ada jaminan kalo iman kita juga makin menipis. Jangan heran kalo kemudian malah berzina. Ih, naudzubillahi min dzalik.

Memang sih, kalo kita udah jadian dikhitbah, berbicara or kirim-kirim surat dengan calonmu nggak dilarang. Sah-sah saja. Tapi inget, jangan keterusan. Bisa gaswat. Jangan-jangan nanti kita sulit ngebedain antara rasa suka dengan nafsu bisikan iblis. Celaka!

Saran sih kalo udah oke mending segera nikah aja. Meski memang waktu dari khitbah ke nikah itu nggak ditentukan dengan jelas, artinya mau 50 tahun lagi nikah juga boleh (ih, udah jadi nenek-nenek dong? Ya, salah sendiri he..he..). Tapi meski demikian, alangkah utamanya kalo kita segera menikah saja.

Komentar

  1. terlalu banyak pertimbangan, mungkin yg sering terjadi y mbak? tapi emang g salah sih, "Buat seumur hidup" tuh kata temenku. Live must go on (bener g tulisana?), ayo tunaikan separuh agama kita!!! *aku kapan y?*

    BalasHapus
  2. aku juga pengen cepet2 dipinang.. udah ngga ada hasrat pacaran pengen taaruf aja, semoga cepet dateng calonnya.. amin ^_^

    BalasHapus

Posting Komentar

terima kasih sudah membacanya :D dan terima kasih sudah mau komen. hehe...

Postingan populer dari blog ini

Resume Buku Personality Plus

Lagi Galau?

Mengelola Keuangan Keluarga #4 : Tabel Pemasukan - Pengeluaran