Ramadhan Pertama dan Selamanya
Tegakkan bilah. |
Beberapa hari
lalu, Paklek kami meninggal. Padahal ketika itu kondisinya sehat. Jangankan terbaring
lemah di tempat tidur, batuk kecil tidak, kepala pusing pun tidak. Selepas
isya, beliau duduk santai di ruang keluarga dan tiba2 jatuh begitu saja;
pingsan. Sesampainya di UGD, tapi ternyata Izrail telah sempurna menutup
usianya.
Innalillahi wa
inna ilaihi raji’un. Kami takziah. Mendoakannya. Mengingat mati; pelantak
keangkuhan paling efektif yang pernah ada. Sempat terpekur, “Ya Allah… Padahal
Ramadhan di depan mata.” Sampaikah kami?
Hal di atas
sungguh menjadi catatan khusus kami. Serindu2nya kami dengan bulan Ramadhan,
tapi sungguh kami tidak memiliki golden ticket yang membuat kami pasti
memasukinya. Lantas kami hanya bisa pasrah. Berserah diri. Ketika sujud, saat
paling dekat seorang hamba dengan Tuhannya, kami mohonkan Ramadhan. Sesaat
setelah shalat, kata Ramadhan pun kami ucapkan berulang2.
Namun konsep
berserah diri pun tidak hanya doa yang berdiri sendiri di dalamnya, ada
komponen lain yang juga penting : ikhtiar. Kita jaga makan kita, keselamatan
perjalanan kita, kondisi psikis kita, dll. Memang kehendak Allah atau takdir
bukan matematika yang bisa kita tau hasilnya asal kita kerjakan sesuai
rumusnya. Bukan. Tapi berusahalah untuk layak.
Tereeeeeeeeeeeeeeeetttt.
Kok kesannya sendu, ya? Puk.. puk.. Ayo, cengirannya mana? :D Jangan sampai
mengurangi bahagianya kita menyambut bulan Ramadhan, ya. Perasaan bahagia itu
bagus loh untuk kesehatan. Kan udah banyak penelitiannya. Kalau mau tau lebih
lanjut, coba aja baca2 tentang endorfin/ endogenous opioids.
#ngomongkemanamana.
Oke, kembali ke
Ramadhan lagi. Memperlakukan Ramadhan, kami analogikan seperti mekanisme kerja indera pengecap. Yang
menjadi substrat adalah perencanaan. Sedangkan reseptornya adalah kesungguhan/
jihad. Dan enzimnya (biokatalisator) adalah kebersamaan.
Artinya
ketika perencanaan/substrat kita bersifat manis dan kita memiliki reseptor dan enzim,
maka akan terasa Ramadhan yang manis pula. Tapi ketika kita tidak memiliki
rencana atau substrat, apa yang akan kita rasakan di bulan Ramadhan ini?
Hambar. Lempeng. Rutinitas. Kosong. Kasihan. #mojok-nangis-gigit2 ujung baju.
Dan bagaimana
kita bisa merasakan manisnya 10kilo gula kalau kita tidak memiliki reseptor,
atau ketika reseptor kita rusak? Bersungguh2 itu penting, sepenting reseptor.
Yakin. Dan kebersamaan adalah enzim yang bisa menurunkan energi aktivasi sehingga
mempercepat terjadinya reaksi. Buku Minhajul Muslim memang tebal, siapa pun setuju. Tapi kalau
dibaca gotong royong, insyaALlah akan lebih cepat dan tidak lelah.
So, jargon
Ramadhan kami adalah Berencana-Berjihad-Bersama! #berasakampanye
Naaah.. Mulai
dari berencana. #ha? Sepanjang ini baru rencana? Haha. Salah satu dari rencana
kami adalah tema Ramadhan. Tema Ramadhan kami tahun ini adalaaaaah… tumplak
ketimpung cesss #backsoundsungguhalay… “Ramadhan Pertama dan Selamanya.”
Kenapa kata
“Pertama” itu penting? Hehe.. Sederhana saja. Ini tentang First Impression.
Kesan Pertama. Kami harus benar2 menjadikan Ramadhan besok sangat berkesan untuk satu
sama lain. Membuat Ramadhan suami lebih syahdu dari sebelum2nya dan membuat Ramadhan istri lebih semarak dari sebelum2nya. Jangan sampai
ada kesan, “Ah.. punya istri atau ga, sama2 gedubrakannya.” “Ah, punya suami
atau ga, sama2 susah istiqomahnya.”
Kalo kata
“Selamanya” maksudnya gimana? Sederhana juga. Karena kami ingin seperti sedang di bulan Ramadhan selama2nya.
Atau bahasa gampangnya: meramadhankan hari2 kami. Susah? Jelas! Tantangannya
saja beda. Kalau bulan Ramadhan, yang harus kita kalahin cuma satu; hawa nafsu.
Setan2nya kan lagi pada dipasung. Kalau bukan bulan Ramadhan, kita harus sabar
menghadapi serangan duet maut setan2 dan hawa nafsu. Bisa? Bismillah… Kalo kata
Ust. HNW, “Toh Tuhan yang kita sembah pada bulan Ramadhan sama dengan bulan2
lainnya. Sama sifat2Nya, sama kuasa2Nya.”
Jadilaaaaah…
“Ramadhan Pertama dan Selamanya.” Bismillah.
Nah… Sampe sini
dulu, ya. Sudah sore. Janji mau bikin pepes ikan mas soalnya. Hehe.. Besok kami
sambung lagi ttg lanjutan pertama dan selamanya tadi; How to, dll. Hehe. Yang mau sharing,
ayook.. Kami juga sedang belajar. Butuh banyak pencerahan. Feel free ya :P
saya jadi ingat kepada calon bapak mertua yang sudah meninggal beberapa bulan silam, tidak ada sakit dan tidak ada apa2..
BalasHapusentah bagaimana lebaran tahun ini..
saya tidak bisa membayangkan..
innalillaahi wa inna ilaihi raaji'uun.
BalasHapuskalo ingat mati, rasanya kepengin ketemu ramadhan terus.
wah kalo ini baca tulisan mbak mulki versi bunda. makasih ya atas pengingatannya. semoga Allah menakdirkan kita sampai untuk ramadhan yang tinggal menghitung hari ini. Amiin
BalasHapusinnalillaahi wa inna ilaihi raaji'uun.
BalasHapussemoga beliau dijemput dalam khusnul khotimahnya.
dan segenap keluarga dianugerahi ketabahan & hikmah, aamiin :)
berencana, berjihad, berencana!
uyeeee...^o^/ (jingkrak-jingkrak)
huks, padahal planningnya belom oke nih mba :O
Keren analoginya ya Mbak...
BalasHapusSemoga Ramadhan kali ini mekanisme Indera Pengecap kita lebih baik...:D
dan mungkin kalo Ramadhan itu dianggap sebagai sarapan terakhir, indera pengecap kita akan bekerja lebih sempurna dan lebih "terasa" :D
#walah, gak nyambung ya Mbak :D
innalillaahi wa inna ilaihi raaji'uun.
BalasHapusSelamat menyambut ramadhan yakk..
Teringat kembali..
BalasHapusKetika pak dhe ku meninggal maret tahun silam, artinya almarhum tidak dapat mengikuti bulan ramadhan pada tahun 2011 lalu...
Bersyukurlah kita yang masih diberi hidup oleh-Nya :)
aamiin. semoga Allah memperkenankan kita sampai pada ramadhan yg kita rindukan :) semoga kita sehat kuat semangat selaluu.
BalasHapusduh asyiknya, ramadhan ada yg menemani hehe,,, yg masih single mdhan sih ga malas2an ah.heheh
BalasHapusaku juga rindu bgd nih ukhti, nyaris didepan mata lagi.
persiapan udah mentok hehe
tapi jika ada perbedaan smoga tetep dipersatukan.aamiin.
innalillahi smoga beliau diterima di sisiNYA aamiin.
innalilahi wa innailaihi ra jiun :(
BalasHapusmarhaban ya ramadhan :)
ditunggu kunjungan baliknya yaah ,
Innalillahi...
BalasHapusTurut berduka cita, semoga kesedihan tidak menggangu ibadah puasa kali ini
all : maturnuwun sudah mendoakan paklek saya. terima kasih sudah tulisan sederhana ini :)
BalasHapus