Ekspedisi ke Situ Hapa Garut
Ish, siapa sih yang bilang kalo saya sudah ga peduli sama blog ini? Berrrani2nya. Dia? Mereka? Apah? Kamu juga? Oke, baiklah. Tolong bantu saya panggilkan tukang kebun. #buat?
Berhubung besok adalah hari ujian
stase paru saya, berarti ngupdate blog adalah suatu hal yang sangat recommended
untuk dilakukan hari ini. Yang lainnya tidak. Lagipula entah dimana letak si bukit (buku penyakit) bernama asma, TBC, pneumonia, dkk berada.
Mungkinkah di kulkas atau di tempat cucian.
Minggu lalu saya ditanya oleh
suami, “Mana laporan perjalanannya? Kamu masih hutang lho sama Kanda.” Dan saat
ini adalah saat yang tepat untuk melaporkannya! Sooo.. Babaaay sesak nafas,
batuk darah, demam, dan bakteri2 :D
Begini awal mulanya, setiap saya
dan suami melakukan ekspedisi (karena memang tidak tepat jika dikatakan
honeymoon, karena banyakan jalan2nya dibandingkan tidak jalan2nya. Maksud?), si
suami mesemiwajibkan saya untuk menulis laporan perjalanannya. Entah apa maksudnya.
Mungkin untuk memantau berapa jumlah capung per 100 orang perokok aktif di
suatu desa. Eh? Dan artinya, PR saya sudah banyak banget. Jadi jangan heran
kalau nanti suatu saat saya bilang, “Pantai Kuta itu indah nian, jaraknya cuma
30 menit perjalanan mobil dari Trans Studio Makassar.”
Mari kita mulai dari ekspedisi ke
Garut, si kota chocodot. Bismillah.
Ekspedisi ini adalah ekspedisi
pertama kami setelah saya mulai mengarungi samudera percoassan yang sungguh
tidak bisa saya perkirakan dengan ilmu astronomi mana pun, kapan saya dapat
libur. Maka begitu ada berita libur, backpack yang tersimpan di dalam lemari,
mulai berdiri menantang, siap digembol kemana2.
Kenapa ke Garut? Pertama : Karena
dapet info tentang resort2 menarik di Garut dari Mbak Intan. Kedua : Karena
saya belum punya waktu untuk urus paspor. Ketiga : Karena suami ingin
mengatakan kepada Acing Fekre, “Ini lho yang sesuai spek.” (sambil nunjuk ke
saya).
Dari rumah, setelah sarapan dan
baca doa, kami menuju Terminal Lebak Bulus untuk naik bis Primajasa jurusan
Lebak Bulus – Garut. Bisnya lumayanlah; AC ekonomi, bayarnya 35ribu/per orang. InsyaALlah bebas asap rokok :)
Perjalanan menggunakan bis ini
akan habiskan waktu ±5 jam, maka silakan pikirkan kalian akan melakukan apa
saja untuk mengisi waktu selama itu. Saya memilih untuk melihat2 saja; melihat
isi buku berjudul Penyakit Paru Obstruktif Kronik sampai akhir halaman 1, melihat
Pak Polisi, melihat gedung2, melihat arakan awan, melihat suami menguap, suami
tertidur, suami terbangun, suami melirik sebentar lantas tertidur lagi,
hahaha... Bercanda.
Setelah 3 jam perjalanan, demi melihat
saya sudah layu meliyut,
Yuhu : “Sayang, maaf, ya.. Kalo jalan2 sama Kanda naiknya angkutan umum terus. Selama kita ga harus banget pakai kendaraan pribadi, kita harus pro angkutan umum. Lagian dengan angkutan umum, kita jadi bisa go green and the other blablabla...”Yihi : “Gapapa, kanda. Aku senang kok. Kalo naik angkutan umum kan fokusnya Kanda ke aku seorang. Kalo nyupir sendiri, fokusnya Kanda ke jalan, aku bisa merasa diduakan nanti.”
Yaa begitulah. Ketika naik
angkutan umum, saya dan suami sama2 selalu bahagia, tapi sepertinya dengan
alasan bahagia yang berbeda. Jika suami merasa bahagia karena bisa amalkan pikirannya
yang idealis, sedangkan saya merasa bahagia karena terpenuhi cinta saya yang
egois. Haha.
Ketika bis keluar dari tol
Cipularang, saya sudah merasa kelaparan. Alhamdulillah, di Cileunyi banyak yang
jualan. Ada bacang, tahu sumedang, manisan, kacang2an, dll. Kami beli 2 bungkus
tahu sumedang, seharga 2000/bungkus. Lumayan buat tambah2 kalori. Bagi yang
gembolannya belum full, saya rekomendasikan untuk bawa cemilan2 dari rumah.
Apalagi kalau kamu adalah tipe orang yang cepet laper.
Tahun 2013 emang tahunnya
Pilkada, maka selain keindahan alam, kami pun disuguhi dengan pemandangan
spanduk dan reklame para calon pelayan rakyat. Beberapa kali kami tertawa
membaca slogan2 aneh mereka.
Kami turun bukan di terminal
Garut, tapi di bundaran Tarogong. Dari situ kami jalan kaki ke arah pertigaan
yang akan ke Samarang. Ada sih angkot, tapi kami memilih untuk jalan kaki. Ga
jauh kok. Tanya aja ke orang2 sekitar situ, “mau ke Kampung Sampireun atau Situ
Hapa lewat mana?, pasti tau. Bagi yang gadgetnya dilengkapi dengan Google Map,
monggo dimanfaatkan. Dari pertigaan tersebut, masih 1 kali naik angkot warna
putih hijau, turun di pertigaan yang mau ke arah Kamojang, kasih aja
2500/orang. Lalu naik bemo ke atas, terserah kasih berapa. Kami sih ngasih
3500/orang. Dan sampailah kami di depan gerbang bertuliskan Kebun Mawar. Alhamdulillah, nyampe juga! :D
Kebun Mawar ini bernama Situ
Hapa. Walau judulnya kebun mawar, di dalamnya ternyata tidak hanya ditumbuhi
pohon mawar. Ternyata cottage pun tumbuh di situ. Bayangkan saja jika tidak ada
cottagenya, mau menginap dimana kami? Oke, well.. Kami memilih tipe cottage Damascena.
Harga per malam 1,4juta. Karena kami datang ketika weekday, maka off 50%. Kami
menginap hanya 2 malam. Maunya sih 3-4-5-6-7 dst-nya malam, tapi berhubung
rakyat hanya memberi izin 2malam kepada suami saya untuk berlibur, yasudah,
bagaimana lagi. Saya mah sabar aja. #pukpuk..
Jika nginep2 di cottage, hotel,
dan sejenisnya begini, yang bikin saya paling penasaran adalah kamar
mandinya... Seberapa indah dan unikkah kamar mandinya? Saya sangat2 suka dengan
kamar mandi di cottage Damascena Situ Hapa ini. Dan yang menjadi poin sangat
plus adalah sabun cairnya yang sangat wangi. Enaaaak banget wanginya.
Sepertinya ditambah ekstrak mawar. Mengetahui saya sangat tergila2 dengan wangi
sabun mandi tersebut, maka suami saya menyarankan, “Yasudah... Sabun cairnya
ditadahin aja di botol kita.” Yak, betapa saya setuju! Suami saya memang pintar
(dan licik) Selanjutnya bisa kalian tebak dan bayangkan, saya dengan semangat
mencet2 wadah sabun mandi demi tertransfer sebanyak2nya ke botol yang saya
punya. Hakshaks...
Selesai sholat dan istirahat
sebentar, kami mulai keliling kebun mawar. Dan sayangnya, baru 15 menit
berkeliling dan foto2 bunga (iya, bunga beneran kok), gerimis turun daaaaaan hujaaaaan
plus angin2 kenceng. Lantas kami menepi di restorannya, ternyata di situ sedang
duduk2 pula pemilik dari kebun mawar ini. Kami mengobrol panjang lebar.
Bertukar sapa dan kabar. Kami banyak bertanya tentang kok bisa-kenapa-dan
bagaimana tentang kebun ini. Seneng deh. Pengen juga suatu saat punya kebun
bunga juga.
Setelah hujan reda, kami mohon
diri untuk mulai menikmati kebun bunga mereka. Tiap sisi kami tentukan a-b-c-nya,
tiap sudut kami ukur sin cos tangennya. Inilah saatnya kami menjadi guru matematika.
Yehey! Selain itu, minat kami untuk menjadi artis bollywood pun bisa tersalurkan
sedikit2.
Sungguh banyak yang bisa
dilakukan di sini; bersyukur dan bertafakur atas kekuasaan Allah. Bagi orang
tua yang punya balita pun bisa manfaatin bunga2 di sini sebagai objek mengenal warna
bagi anak2nya. “Ayo, lari ke arah bunga yang warna kuniiing..” Dan itil-itul,
lari ogal-ogellah mereka. Kognitif dapet, psikomotorik pun kena. Hihi. Bagi kalian yang suka berkebun,
bisa ambil2in bibit gratis. Kami dapet sekantong bibit aneka rupa. Apaaa aja
yang dilakuin di tempat ini akan terasa dan terlihat indah, bahkan termasuk
ekspresi ngeden semacam ini. Indah, bukan?
Menjelang matahari terbenam, kami
sudahi jalan2 hari pertama. Nonton berita di tivi, lagi ramai tentang ucapan
Calon Hakim Agung Daming yang kontroversial. Yang perlu kita ingat, siapa pun
bisa terpeleset, termasuk kita. Jadiii..
Yuhuuu... Selamat datang hari
kedua :) Hari ini kami berencana untuk jalan2 ke Kampung Sampireun. Dan arti
jalan2 kali ini benar2 jalan menggunakan kaki. Tidak ada bemo, apalagi bajaj.
Ahh... tapi ini mah gancil buat coass yang sehari2 pun thawaf di rumah sakit.
Sudah terlatih dan terkompensasi. Asal asupan kalori sudah cukup.
Kampung Sampireun itu resort juga
di deket2 sini. Kayanya jaraknya ga sampai 2 km dari Situ Hapa deh. Ohya...
Kekuatan resort2 di sini tuh terletak pada konsepnya. Ada Malih ka desa; resort
dengan konsep sawah. Aih, beneran ada kerbaunya, loh. Jadi hati2 aja kalo tiba2
ada kepala kerbau nongol di jendela. Haha. Ada Situ Hapa; resort dengan kebun
mawarnya. Ada Kampung Sampireun; resort dengan kampung di atas danaunya. Selain
kampung di atas danau, di sini juga banyak pohon2an yang tinggi. Seperti hutan
banget, tapi rapi dan cantik. Lebih keren dari hutan pinus di film Twilight.
Haha.
Pulang main2 di Kampung Sampireun
kami ngapain, ya? Kembali menikmati waktu kebersamaan; mengobrol maksudnya.
Komentar sana-sini. Saya sok tau, suami meluruskan. Saya berapi2, suami yang bawa
keset basah. Saya mulai ga rasional, suami yang nawarin untuk berkunjung ke
psikiater. Ah, senang sekali sejenak bisa melipir ke Garut untuk berlibur.
Perlu deh buat yang high activity kaya kita #errr menyempatkan untuk melipir2
gini, tidak melakukan apa2-hanya mengobrol-mengabsurdkan diri.
Huff.. tidak ingin rasanya ada
yang namanya hari terakhir. Tapi bagaimana lagi, waktu memang selalu menang.
Kami harus patuh dengan si waktu untuk packing2 pulang. Yaya... baiklah. Tapi
kami masih sangat tidak rela untuk meninggalkan udara yang syalala dan
pemandangan yang syubidu2 ini. Rupanya perasaan kami sangat tercermin pada
ketidaknormalan gaya2 foto kami di hari ini.
Daaaan.. memang waktu yang
menang. Kami resmi pulang! Ada juga tuh yang keturutan ngegandul di bemo.
Maaf ya, laporan perjalanannya
minimalis banget. Soalnya saya kok jadi deg2an, pengen cepet2 buka bukit2 lagi. Sampai
ketemu lagi di laporan perjalanan yang lain! :D
the kodoks
Assalamu'alaykum ... SUbhanallah mesra euy... ^___^ salam persahabtan sista
BalasHapusaaaaaaaaaaaaah mbak, jadi pengen kesana.. keliatannya sejuk dan indah banget deh ya :D
BalasHapusso swewwwwwwwwwwwwwwwtttdd :)) ahahaha *alay*
BalasHapusaku mau! aku mauuuu! aku mauuuu dong!
BalasHapusminta bibitnya ya? plisssss.. #kedipkedip
Provokatif banget mbak, aduhhhhhhhhhhhhh aku masih single nih. Semoga bisa bersabar dan mengukir hari depan dengan JUJUR seperti mbak dan mas. He he he
BalasHapusindah....
BalasHapuskeren reportase perjalanannya..
BalasHapussaya terhipnotis dengan tempat banyak bunga mawar itu.. pengen kesaannaaaaa :D
wuhuuu asik, liburan menyatu dengan alam
BalasHapus