Kisah Coass #2 "Dewasa"
Suatu tengah malam, di IGD...
Boy : Saya ngisi di kertas hijau ini, Pak? Tapi saya lupa, saya
lahir tahun 2002 atau 2003.
Coass jaga malam itu mendengar
dan tertarik untuk menghampiri sumber suara.
Coass : Kamu sama siapa ke sini, mas?
Boy : Sama ibu saya, Mbak.
Coass : Ada apa memang?
Boy : Ibu saya sesak nafas, Mbak. Padahal baru saja pulang dari cuci
darah. Sesaknya ga hilang2.
Coass : Ke sini naik apa tadi?
Boy : Naik angkot umum, Mbak.
Lalu coass jaga itu pun masuk ke
dalam IGD, menuju bed ibunya si boy. Oh... Sudah ditangani rupanya. Karena melihat
si ibu tampak hopeless. Maka...
Coass : Ibu, semoga Allah memberikan kesembuhan, ya. Ibu harus
semangat. Jika ibu tidak semangat, kasihan anak ibu. Nanti sedih.
Ternyata si Boy sudah selesai
mendaftarkan ibunya dan sudah berada di ujung bed ibunya.
Boy : Ga kok, Ma. Aku ga sedih. Mama tenang aja, ya. Pokoknya aku
lakuin apa aja biar mama sembuh. Mama harus sembuh, ya.
Coass :# Speechless# #Super wow
wow sekali anak ini# #Permisi saja ah, daripada mengharu-biru di depan pasien. Ketauan cengeng kan malu# Yasudah, saya
liat yang lain dulu, ya. Semoga cepat sembuh ya, Ibu. Mari, mas...
Anak
usia 10 atau 11 tahun itu... Bikin si coass merasa malu. Betapa ia sering
mengeluh. Padahal hanya karena harus prolong stase. Padahal hanya karena dapet
ujian dengan dosen killer. Padahal hanya karena “disemprot” senior. Padahal hanya karena dipukilin sesama. Padahal hanya
karena... Anak usia 10 atau 11 tahun itu saja tidak mengeluh. Ia tegar. Ia berani
menghadapi dan menyelesaikan masalah. Dengan positive. Benar, bahwa dewasa memang bukan melulu soal umur.
Subhanallah... kereeeennnn... :hiks
BalasHapusmenariik artikelnya :D salam kenal yaaa
BalasHapusBenerr
BalasHapus