Lindungi Mimpimu
Ketika ingin menyerah, ada rasa malu sama kakek penjual cobek yang kisahnya sudah saya ceritakan di postingan sebelumnya. Pun malu sama coass2 yang keep on moving walau harus menjalani hidup di Rumah Sakit sebagai kasta terendah, katanya. Dan memang seharusnya saya tidak berpikir untuk menyerah, karena nyatanya banyak hal lain yang lebih penting untuk dipikirkan.
Sebelum maghrib, di perjalanan menuju tempat aktivitas selanjutnya… masih dalam kondisi hati yang ga enak banget, melihat pelangi yang suangat besar dan suuuangat cantik. Kelembutan Allah menyapa kembali dalam kombinasi tujuh warnanya, segelisah apa pun saya, pasti tersenyum melihatnya. Suka pelangi!
Melihat seorang senior yang udah coAss, seorang ketua umum salah satu organisasi eksternal di FK, sedang lari2 sore bermandi peluh. Pasti lagi ga ada jadwal jaga, jadi manfaatin waktu untuk meningkatkan kebugaran tubuh yang pastinya terkuras selama jaga di rumah sakit. Melihatnya seperti melihat saya. Gaya bicaranya songong. Otomatis saya tersenyum juga melihatnya.
Melihat tukang cimol dikerubutin adik2 kecil, sibuk bungkusin cimol seharga yang dipesan para adik. Palingan harganya gope atau seceng. Ingat dulu zaman SD, jajan ya paling segitu itu. Maklum, umur segitu sih belum terpelet kebab turki, es krim Ragusa, atau cheese meat lover by Breadtalk. Kalo iya, silakan uang berjumlah 10 kali lipat harga cimol dikeluarkan. Tersenyum lagi…
Melihat tukang meja lipet, inget waktu ayah saya ke sini, yang shock sama harga makanan di Bubi (iBU BIasa tempat saya beli makan). Reaksi berlebih ayah saya sempet membuat saya keder juga, antara puas karena telah menunjukkan salah satu keramahan Solo (terhadap dompet, heheh) dan malu sama Bubi yang mendengar langsung komentar2 spontan ayah saya. Karena itu, lagi2 saya tersenyum.
Sampai di tempat tujuan, melihat teman2. Atas semua alasan yang berlandaskan keridhoan kepada saudara, saya tersenyum kembali. Panggilan akrab kami; mama, mimi, mumu, meme, momo, wewe, dydy. Satu2nya hal mengecewakan yang pernah terjadi di antara kami adalah.... batalnya candle light dinner kami. Heheh.
Memang banyak hal yang dapat merenggut senyum kita. Kena refrat karena inhall pretest. Kamar bocor. Mendengar teman kecelakaan. Melihat nama dipampang sebagai salah satu peserta ujian remidi. Ada bencana alam terjadi. Ga dapet2 judul skripsi. Banyaklah... Tapi ternyata, perjalanan saya yang ga nyampe 5 menit itu menghadirkan banyak sekali senyum, padahal saat itu saya sedang disinggahi perasaan hampir menyerah yang ga banget. Yup! Itu bukti bahwa dunia ini tetap ramah kepada kita. Yang tidak ramah adalah perasaan kita, ketika kita sedih, ketika galau, ketika desperate. Sebenarnya dunia tetap ramah, PenciptaNya pun tetap Pengasih. Kata orang, saat mental kita turun, bukanlah masalahmu yang menjadi besar, tapi dirimu yang mengecil...
Will Smith, dalam Pursuit of Happiness, berhasil menasehati orang2 yang menontonnya, termasuk saya. Tentang KESUNGGUHAN. Tentang WORKING HARD. Tentang NO TIME TO WASTE. Tentang PROFESIONALITAS. Tentang FAITHFUL. Tentang KESEGERAAN. Tentang ALL KEYWORD TO PURSUIT SOMETHING. Tidak terselip kata menyerah sekali pun.
Saat menginginkan sesuatu, yang mesti kita lakukan hanya mengejar. Baik, saya ulangi, mengejar. Sekali kali, mengejar. Walau tidak tau sesungguhnya yang kita kejar itu nantinya akan kita peroleh, atau pada akhirnya kita tetap dapatkan diri kita masih mengejar hal itu. Lindungilah mimpimu, jangan biarkan orang mengecilkan hatimu, walau itu sahabatmu, ayahmu, ibumu, atau bahkan dirimu sendiri. Tidak seorang pun, teman!
BERGEGAS BANGUN!
ONCE YOU GET SUCCESS,
YOU WOULD LOVE TO CREATE SOME MORE.
Sebelum maghrib, di perjalanan menuju tempat aktivitas selanjutnya… masih dalam kondisi hati yang ga enak banget, melihat pelangi yang suangat besar dan suuuangat cantik. Kelembutan Allah menyapa kembali dalam kombinasi tujuh warnanya, segelisah apa pun saya, pasti tersenyum melihatnya. Suka pelangi!
Melihat seorang senior yang udah coAss, seorang ketua umum salah satu organisasi eksternal di FK, sedang lari2 sore bermandi peluh. Pasti lagi ga ada jadwal jaga, jadi manfaatin waktu untuk meningkatkan kebugaran tubuh yang pastinya terkuras selama jaga di rumah sakit. Melihatnya seperti melihat saya. Gaya bicaranya songong. Otomatis saya tersenyum juga melihatnya.
Melihat tukang cimol dikerubutin adik2 kecil, sibuk bungkusin cimol seharga yang dipesan para adik. Palingan harganya gope atau seceng. Ingat dulu zaman SD, jajan ya paling segitu itu. Maklum, umur segitu sih belum terpelet kebab turki, es krim Ragusa, atau cheese meat lover by Breadtalk. Kalo iya, silakan uang berjumlah 10 kali lipat harga cimol dikeluarkan. Tersenyum lagi…
Melihat tukang meja lipet, inget waktu ayah saya ke sini, yang shock sama harga makanan di Bubi (iBU BIasa tempat saya beli makan). Reaksi berlebih ayah saya sempet membuat saya keder juga, antara puas karena telah menunjukkan salah satu keramahan Solo (terhadap dompet, heheh) dan malu sama Bubi yang mendengar langsung komentar2 spontan ayah saya. Karena itu, lagi2 saya tersenyum.
Sampai di tempat tujuan, melihat teman2. Atas semua alasan yang berlandaskan keridhoan kepada saudara, saya tersenyum kembali. Panggilan akrab kami; mama, mimi, mumu, meme, momo, wewe, dydy. Satu2nya hal mengecewakan yang pernah terjadi di antara kami adalah.... batalnya candle light dinner kami. Heheh.
Memang banyak hal yang dapat merenggut senyum kita. Kena refrat karena inhall pretest. Kamar bocor. Mendengar teman kecelakaan. Melihat nama dipampang sebagai salah satu peserta ujian remidi. Ada bencana alam terjadi. Ga dapet2 judul skripsi. Banyaklah... Tapi ternyata, perjalanan saya yang ga nyampe 5 menit itu menghadirkan banyak sekali senyum, padahal saat itu saya sedang disinggahi perasaan hampir menyerah yang ga banget. Yup! Itu bukti bahwa dunia ini tetap ramah kepada kita. Yang tidak ramah adalah perasaan kita, ketika kita sedih, ketika galau, ketika desperate. Sebenarnya dunia tetap ramah, PenciptaNya pun tetap Pengasih. Kata orang, saat mental kita turun, bukanlah masalahmu yang menjadi besar, tapi dirimu yang mengecil...
Will Smith, dalam Pursuit of Happiness, berhasil menasehati orang2 yang menontonnya, termasuk saya. Tentang KESUNGGUHAN. Tentang WORKING HARD. Tentang NO TIME TO WASTE. Tentang PROFESIONALITAS. Tentang FAITHFUL. Tentang KESEGERAAN. Tentang ALL KEYWORD TO PURSUIT SOMETHING. Tidak terselip kata menyerah sekali pun.
Saat menginginkan sesuatu, yang mesti kita lakukan hanya mengejar. Baik, saya ulangi, mengejar. Sekali kali, mengejar. Walau tidak tau sesungguhnya yang kita kejar itu nantinya akan kita peroleh, atau pada akhirnya kita tetap dapatkan diri kita masih mengejar hal itu. Lindungilah mimpimu, jangan biarkan orang mengecilkan hatimu, walau itu sahabatmu, ayahmu, ibumu, atau bahkan dirimu sendiri. Tidak seorang pun, teman!
BERGEGAS BANGUN!
ONCE YOU GET SUCCESS,
YOU WOULD LOVE TO CREATE SOME MORE.
Setuju!!!
BalasHapusBiarpun masih belum lulus blok Metabolisme dan Nutrisi,,, Uhmmmm...itu sih cobaan yang gada apa2nya...
Apalagi klo inget film Pursuit of "Happyness"...
Btw, sampe sekarang ga ngerti kenapa ditulis pake huruf "y", bkan "i"
Setidaknya aku gak inhall biomed (walaupun Adek Denny dapet cepek), dengan nilai pas2an pun tetep harus b'syukur... Sip! Maju terus!!!
eh mbak...
BalasHapusKoq onion head-nya bisa gerak2...
Aku gak bisa masukin animasi..
:(
semangat.. yang penting kita berusaha, hasil urusan ALLAH. karena Allah melihat kesungguhan..
BalasHapus@dik icha: iya, dik. mul juga bingung knp ditulis happ"y"ness... ga nemu jawaban jelasnya smp akhir. cuma nerka2 doang jadinya. heheh.
BalasHapusni juga tumben bisa gerak, biasanya sih engaak. heheh.
@mbak nuniek: maacih, mbak nunik. mana postingan barumu? lagi sibuk tha?
kak, aku juga suka banget film Pursuit of Happyness itu. inspirasional bangeett..
BalasHapusOiya kan ditulis pake "y" ceritanya ada di adegan yang mereka ngeliat graffiti Happyness di tembok gitu. Hehe.
@dik tikA: iya, mulki juga bingungnya yang itu. knp grafiti ditembok tulisannya happyness... moso' orang amrik salah... mungkin ada alasannya. kcuali kalo yang bikin emang orang yang bahasa emaknya bukan bahasa inggris, misal orang cina yang jadi pemilik penitipan anak...
BalasHapusyup,,, kadang emang perlu dek, merefresh mimpi kita saat masuk kuliah. kadang lupa. dan bahaya kalo terus menerus lupa. kayak mb, ingetnya pas mau skripsi.. tapi untung masih inget... alhamdulillah, masih sempat ngejar lagi...
BalasHapus