Anak Lapan ke FK UNS?
Seperti yang biasa saya lakukan, silaturahmi ke blog yang satu ke blog yang lain. Dan kali ini pun tidak ketinggalan saya mengunjungi blog Pak Wangsa, salah satu guru BK SMA N 8 Jakarta (yang selanjutnya akan saya sebut dengan lapan saja), tempat saya dulu menikmati school life yang paling indah. Postingan terbaru beliau menarik banget! Which is about Pengumuman Hasil PMDK UNS, and unfortunately ditulis sama Pak Wangsa, UNS = Universitas Negeri Solo. Duh, terjadi lagi! (Yang benar itu Universitas Sebelas Maret, Bapak Guruku Sayang. Heheh) Oke, balik lagi. Bagaimana hasilnya? Subhanallah, 11 siswa diterima sebagai calon adik tingkat saya, it’s mean mereka calon mahasiswa FK UNS 2009. Wah, makin banyak aja nih plat B yang bakal wira-wiri di FK UNS. Dan makin banyak aja anak manusia yang bakal meng-gue-elo-kan Solo.
Bicara tentang ketertarikan anak lapan melanjutkan studi di Solo, what’s going on, heh?! Memang ga pengen ke FKUI (ef kui) atau ITB (itebe) aja? Sudah terkenalkah UNS di lapan saat ini? Zaman saya kayanya tidak, apa sayanya aja yang kuper? Heheh. Saya baru tau ada universitas dengan nama Sebelas Maret saat upset enough menentukan apa pilihan kedua saya. Kenapa akhirnya saya berani memilih FK UNS sebagai pilihan kedua, padahal sebelumnya saya ga tau tentangnya? Terkesan nekat gitu, ya. Sejujurnya karena saya begitu yakin dengan pilihan pertama saya. Jadi pilihan kedua terserah dimana saja. Tapi ternyata, akibat keangkuhan saya itu, akibat ketidaktauan blass saat itu, sekarang telah hadir rasa cinta kepada almamater saya ini. Balik lagi, ada apa dengan anak lapan? Walau saya yakin, pasti pilihan utama mereka masih ef kui dan fakultas2 di itebe. Saya saja sampai sekarang, kalau jujur, masih merasa terlempar dari komunitas kebanyakan teman lapan saya yang lain. Heheh.
Mungkin memang terjadi palpitasi yang amat sangat bagi calon lulusan lapan sekarang ini (apa emang dari dulu? Sayanya aja yang terlalu rileg), sehingga semua test atau seleksi mereka jalani. Oleh karena itu, sebelum ikut SIMAK UI, yang 2 minggu kemudian juga ikut USM ITB, coba2 daftar PMDK dulu. Urusan nanti jadinya apa, yang paling menarik di tangan ajalah. Tahun ini mungkin ”game” yang mereka mainkan lebih seru, sehingga mereka dilanda ansietas dan palpitasi yang lebih dari yang dulu saya alami. Tapi kayanya emang saya yang out of usual, deh. Semuanya dulu saya anggap easy as 1-2-3. Angkuh sekali.
Sekedar mengenang perjalanan masa muda, (tidak usah dibaca saja sepertinya. Silakan langsung loncat ke 4 paragraf terakhir saja.)
Saya dulu mendapatkan formulir PMDK UI, lantas bingung mau milih fakultas apa. Simalakama! Memilih ef kui, pasti mental. Karena teman saya sendiri ada yang lebih stabil prestasinya. Kata Ebe, ”Udah, lo milih fakultas apa aja, pokoknya selain efka. Kalo yang lain, peluang lo gede, Mul.” Tapi ternyata, hasrat menjadi dokter mengalahkan jiwa ke-UI-an saya. Saya tetap memilih ef kui walau saya tau saya sedang membuang formulir PMDK UI. Lantas, ketika anak lapan lain mencari peruntungan dengan mengikuti ujian2 masuk yang diadakan berbagai univ. Saya tetap tenang mengandalkan SPMB thok-thok, menjalani satu try out ke try out lain memupuk kepercayaan diri. Passing grade ef kui mah lewat. Tapi ternyata, saya memang tidak bisa menentukan takdir saya sendiri, Allah memberi jawaban, ”FK UNS yang terbaik buat kamu, Mulki.”
Lelah juga saat dipertanyakan oleh para teman, guru, terutama keluarga besar, kenapa terjadi di luar dugaan mereka. Harus saya jelaskan satu persatukah? Tidak tahukah bahwa saat itu sayalah orang yang paling sedih karena kegagalan itu, bukan mereka. Memang tidak saya utarakan bahwa saya sedang menelan kekecewaan hidup saya yang pertama. Kekecewaan pertama, juga terbesar sampai hirupan nafas saya saat ini. Impian saat kecil, saat saya TK mengatakan saya ingin jadi dokter, saat itu pula orang tua saya bilang, “iya, nanti masuk FK UI, ya. Bagus! Isinya orang2 pintar, makanya harus rajin belajar.” Ya, saya memang terlihat biasa saja. Terlihat tidak annoyed dengan keheranan mereka. Jelas! Sudah saya skenariokan selama 1 bulan antara hari ujian sampai hari pengumuman.
Saat 20.00 hari-H pengumuman SPMB, saya memang lagi online, tapi saya tidak membuka web spmb.ac.id karena merasa “sudahlah, toh saya sudah tau hasilnya.” Setelah mengerjakan soal SPMB, saya merasa that was not my best. Begitu keluar pintu ruangan ujian, pikiran saya bilang, “FK UNS.” 1 bulan antara ujian dan pengumuman adalah waktu yang cukup untuk menata hati dan mencoba bilang ke orang tua, ”kalo Mulki di FK UNS, gapapa ya, Mi, Bi?” saya memang hanya bilang ke orang tua, tidak ke siapa pun yang lain, Ebe sekali pun. Makanya beberapa menit setelah berlalunya 20.00, langsung ada telfon, pasti Ebe, dan benar. “Kok FK UNS? Lo lagi nangis ya, Mul? Kenapa bisa gini sih? Pokoknya tahun depan lo mesti SPMB lagi.” Getir, tidak banyak kalimat yang keluar dari saya saat itu. “Funny how life works, Be. I’m fine.”
Kejadian itu hampir 2 tahun yang lalu, tapi saya masih ingat tiap detailnya. Karena memang itu jembatan hidup paling berkesan yang mesti saya lewati. Tidak saya katakan paling pahit karena i have complete faith, this is the best for me. Lagipula banyak pelajaran nonteoritis buat saya dari kisah from Jakarta to Solo ini. Dan saat ini, saya merasa sangat beruntung di Solo.
Oke, balik lagi! Lantas kenapa milih UNS? Kenapa ga yang lain? Ini alasan riil loh, ya. UGM jelas bunuh diri, Unair cuaca panas, Unpad hmm..., Undip masih pake kurikulum konvesional, Unsoed ga kepikiran, Unibraw ke-jawa timur-an (maksudnya apa, ya? Heheh). Apa lagi coba yang masih di Jawa? UNS! So simple. Songong mode: on.
Semoga dengan makin diminati, FK UNS terus termotivasi memperbaiki kualitasnya.
- Gedung 8 lantai cepat terwujud tanpa ada bocornya dana di sana-sini.
- Manekin2 skill lab yang harganya ratusan juta diperbanyak sehingga kita ga usah ngantri lamaaa banget hanya untuk nyoba 1 manekin.
- Cadaver anatomi diperbarui dan diperbanyak agar kita benar2 merasakan potong atau bedah mayat.
- Generator listrik diperbanyak agar kita ga ngalamin lagi batal responsi gara2 cuma dapet giliran mati lampu (Aneh bin ajaib! Ga jadi ujian gara2 mati lampu? Aib banget!).
Saya bukan menuntut banyak hal, tapi menurut saya itu standard yang seharusnya menjadi hak kita, lepas dari kaya atau miskinnya FK UNS. Memang biaya di kampus saya termurah sejagat katanya, bahkan SPP saya lebih murah daripada FE UNS. Tapi kan FK UNS punya uang masuk mahasiswa2 swadana yang per kepalanya saja 125 juta, lantas ada berapa teman swadana tiap tahunnya?. Apalagi ada teman2 Malaysia yang membuat saya ponga-pongo ketika saya tanya berapa biaya masuk mereka. Silakan tanya sendiri untuk mendapatkan emosinya.
Selain dari sisi sapras dan sarana belajar, sisi kurikulumlah yang juga mesti jadi concern perbaikan utama. Mahasiswa jelas harus membantu beri solusi, tim KBK harus lebih serius merancang teknis dan cara penerapan kurikulum, pejabat kurikulumlah yang paling bertanggung jawab merumuskan dan merekayasa materi yang harus dipelajari mahasiswa demi terpenuhinya kompetensi dokter Indonesia. Semoga menjadi lebih baik.
Add: Kok postingan ini banyak nyebut kata lapan, ya? Apa ini firasat angka 8 akan menang?
Bicara tentang ketertarikan anak lapan melanjutkan studi di Solo, what’s going on, heh?! Memang ga pengen ke FKUI (ef kui) atau ITB (itebe) aja? Sudah terkenalkah UNS di lapan saat ini? Zaman saya kayanya tidak, apa sayanya aja yang kuper? Heheh. Saya baru tau ada universitas dengan nama Sebelas Maret saat upset enough menentukan apa pilihan kedua saya. Kenapa akhirnya saya berani memilih FK UNS sebagai pilihan kedua, padahal sebelumnya saya ga tau tentangnya? Terkesan nekat gitu, ya. Sejujurnya karena saya begitu yakin dengan pilihan pertama saya. Jadi pilihan kedua terserah dimana saja. Tapi ternyata, akibat keangkuhan saya itu, akibat ketidaktauan blass saat itu, sekarang telah hadir rasa cinta kepada almamater saya ini. Balik lagi, ada apa dengan anak lapan? Walau saya yakin, pasti pilihan utama mereka masih ef kui dan fakultas2 di itebe. Saya saja sampai sekarang, kalau jujur, masih merasa terlempar dari komunitas kebanyakan teman lapan saya yang lain. Heheh.
Mungkin memang terjadi palpitasi yang amat sangat bagi calon lulusan lapan sekarang ini (apa emang dari dulu? Sayanya aja yang terlalu rileg), sehingga semua test atau seleksi mereka jalani. Oleh karena itu, sebelum ikut SIMAK UI, yang 2 minggu kemudian juga ikut USM ITB, coba2 daftar PMDK dulu. Urusan nanti jadinya apa, yang paling menarik di tangan ajalah. Tahun ini mungkin ”game” yang mereka mainkan lebih seru, sehingga mereka dilanda ansietas dan palpitasi yang lebih dari yang dulu saya alami. Tapi kayanya emang saya yang out of usual, deh. Semuanya dulu saya anggap easy as 1-2-3. Angkuh sekali.
Sekedar mengenang perjalanan masa muda, (tidak usah dibaca saja sepertinya. Silakan langsung loncat ke 4 paragraf terakhir saja.)
Saya dulu mendapatkan formulir PMDK UI, lantas bingung mau milih fakultas apa. Simalakama! Memilih ef kui, pasti mental. Karena teman saya sendiri ada yang lebih stabil prestasinya. Kata Ebe, ”Udah, lo milih fakultas apa aja, pokoknya selain efka. Kalo yang lain, peluang lo gede, Mul.” Tapi ternyata, hasrat menjadi dokter mengalahkan jiwa ke-UI-an saya. Saya tetap memilih ef kui walau saya tau saya sedang membuang formulir PMDK UI. Lantas, ketika anak lapan lain mencari peruntungan dengan mengikuti ujian2 masuk yang diadakan berbagai univ. Saya tetap tenang mengandalkan SPMB thok-thok, menjalani satu try out ke try out lain memupuk kepercayaan diri. Passing grade ef kui mah lewat. Tapi ternyata, saya memang tidak bisa menentukan takdir saya sendiri, Allah memberi jawaban, ”FK UNS yang terbaik buat kamu, Mulki.”
Lelah juga saat dipertanyakan oleh para teman, guru, terutama keluarga besar, kenapa terjadi di luar dugaan mereka. Harus saya jelaskan satu persatukah? Tidak tahukah bahwa saat itu sayalah orang yang paling sedih karena kegagalan itu, bukan mereka. Memang tidak saya utarakan bahwa saya sedang menelan kekecewaan hidup saya yang pertama. Kekecewaan pertama, juga terbesar sampai hirupan nafas saya saat ini. Impian saat kecil, saat saya TK mengatakan saya ingin jadi dokter, saat itu pula orang tua saya bilang, “iya, nanti masuk FK UI, ya. Bagus! Isinya orang2 pintar, makanya harus rajin belajar.” Ya, saya memang terlihat biasa saja. Terlihat tidak annoyed dengan keheranan mereka. Jelas! Sudah saya skenariokan selama 1 bulan antara hari ujian sampai hari pengumuman.
Saat 20.00 hari-H pengumuman SPMB, saya memang lagi online, tapi saya tidak membuka web spmb.ac.id karena merasa “sudahlah, toh saya sudah tau hasilnya.” Setelah mengerjakan soal SPMB, saya merasa that was not my best. Begitu keluar pintu ruangan ujian, pikiran saya bilang, “FK UNS.” 1 bulan antara ujian dan pengumuman adalah waktu yang cukup untuk menata hati dan mencoba bilang ke orang tua, ”kalo Mulki di FK UNS, gapapa ya, Mi, Bi?” saya memang hanya bilang ke orang tua, tidak ke siapa pun yang lain, Ebe sekali pun. Makanya beberapa menit setelah berlalunya 20.00, langsung ada telfon, pasti Ebe, dan benar. “Kok FK UNS? Lo lagi nangis ya, Mul? Kenapa bisa gini sih? Pokoknya tahun depan lo mesti SPMB lagi.” Getir, tidak banyak kalimat yang keluar dari saya saat itu. “Funny how life works, Be. I’m fine.”
Kejadian itu hampir 2 tahun yang lalu, tapi saya masih ingat tiap detailnya. Karena memang itu jembatan hidup paling berkesan yang mesti saya lewati. Tidak saya katakan paling pahit karena i have complete faith, this is the best for me. Lagipula banyak pelajaran nonteoritis buat saya dari kisah from Jakarta to Solo ini. Dan saat ini, saya merasa sangat beruntung di Solo.
Oke, balik lagi! Lantas kenapa milih UNS? Kenapa ga yang lain? Ini alasan riil loh, ya. UGM jelas bunuh diri, Unair cuaca panas, Unpad hmm..., Undip masih pake kurikulum konvesional, Unsoed ga kepikiran, Unibraw ke-jawa timur-an (maksudnya apa, ya? Heheh). Apa lagi coba yang masih di Jawa? UNS! So simple. Songong mode: on.
Semoga dengan makin diminati, FK UNS terus termotivasi memperbaiki kualitasnya.
- Gedung 8 lantai cepat terwujud tanpa ada bocornya dana di sana-sini.
- Manekin2 skill lab yang harganya ratusan juta diperbanyak sehingga kita ga usah ngantri lamaaa banget hanya untuk nyoba 1 manekin.
- Cadaver anatomi diperbarui dan diperbanyak agar kita benar2 merasakan potong atau bedah mayat.
- Generator listrik diperbanyak agar kita ga ngalamin lagi batal responsi gara2 cuma dapet giliran mati lampu (Aneh bin ajaib! Ga jadi ujian gara2 mati lampu? Aib banget!).
Saya bukan menuntut banyak hal, tapi menurut saya itu standard yang seharusnya menjadi hak kita, lepas dari kaya atau miskinnya FK UNS. Memang biaya di kampus saya termurah sejagat katanya, bahkan SPP saya lebih murah daripada FE UNS. Tapi kan FK UNS punya uang masuk mahasiswa2 swadana yang per kepalanya saja 125 juta, lantas ada berapa teman swadana tiap tahunnya?. Apalagi ada teman2 Malaysia yang membuat saya ponga-pongo ketika saya tanya berapa biaya masuk mereka. Silakan tanya sendiri untuk mendapatkan emosinya.
Selain dari sisi sapras dan sarana belajar, sisi kurikulumlah yang juga mesti jadi concern perbaikan utama. Mahasiswa jelas harus membantu beri solusi, tim KBK harus lebih serius merancang teknis dan cara penerapan kurikulum, pejabat kurikulumlah yang paling bertanggung jawab merumuskan dan merekayasa materi yang harus dipelajari mahasiswa demi terpenuhinya kompetensi dokter Indonesia. Semoga menjadi lebih baik.
Add: Kok postingan ini banyak nyebut kata lapan, ya? Apa ini firasat angka 8 akan menang?
sebagian besar cerita d atas jg pernah terjadi sama sy mba.
BalasHapustapi saya sangat yakin skenario Allah yang telah tercatat dengan rinci di Lauh Mahfuz jauh lebih baik drpada selembar catatan rencana hidup yg pernah(dan masih) kita buat.
"Funny how life works. I’m fine."
nice quote. Asal tdk terlarut dalam euforia kejadian masa lalu saja.
Btw, kalimat terakhir jangan pake firasat ah... pake optimisme aja :D
hehe-
Kita semua tahu bahwa jodoh,mati dan rizqi adalah takdir Allah, tidak ada seorangpun yang bisa menghalanginya kalau ketiga itu sudah di takdirkan pada manusia.
BalasHapusKadang kita susah untuk mengikhlaskan sesuatu yang telah di tetapkan Allah pada kita padahal Allah maha tahu apa yang terbaik untuk hambanya dan semua kejadian itu pasti ada hikmahnya.
males bacanya karena kepanjangan,,,,,
BalasHapusintinya,,,, selamat deh ada penerusnya,,,,
ka mulki, saya dini. skrg kls xii di sma 8. saya lg blogwalking, trs tiba" tertarik sm judul post-an kk.
BalasHapussaya adlh slh satu siswa yg dpt pmdk fk uns ka. dan saya jg adlh orang yg 'fkui minded' seperti kk dulu. saya jg dpt formulir ppkb ui dan (sama seperti kk) milih fkui tp ga dpt.
kenyataan yg skrg trjadi adlh: simak ui 1 maret kmrn susah astaghfirullah. bnyk anak" yg jd hopeless, dsb. dan saya akui simak kmrn persiapan saya jg krg maksimal.
saat ini saya memutuskan utk ngambil dulu fk uns-nya (yg berarti saya ga bs ikt utul ugm & snmptn krn pd saat itu saya hrs verifikasi ke solo). jujur, saya takut bgt ka. tp saya gamau nyia-nyian ksmptn yg ad ntr malah yg di udah di tgn lepas trs yg diharepin ga dpt. hehe
aduh maaf ya ka commentnya pnjg bgt pake curhat pula. haha. oia, kk ad facebook ga? kan ntr kalo ad apa" ttg uns bs nanya" sm kk. hehe. makasih ya ka.
-regards
putri dini azika
@kak tyo: ya deh, bukan firasat. tapi optimis ;D
BalasHapus@kak rizal: thx yap komennya.
@furqon: iya, mulai 2007 n 2008 mulai banyak nih anak lapannya. 2009? kita lihat nanti akhirnya berapa..
@dik dini: sy ga punya fb, dik. ngobrolnya lewat sini atau email sy aja di mulki.rakhmawati@yahoo.com. insya Allah direspon dengan memuaskan. halah.. heheh. smgt, dik! solo akan mengajarkanmu banyak hal...
solo, jakarta, surabaya, jogja, denpasar, papua, manokwari, barabai,dan bumi Allah yang lainnya.. insya Allah akan mengajarkan banyak hal pada kita, tetapi satu syaratnya : tetap optimis !
BalasHapus@ust. hatta: setuju, dok. eh, ustadz maksudnya. tetap optimis! ;D
BalasHapussemangat ya mbak?
BalasHapuskader pks to?
saya baru baca postingnya dan jadi bener-bener sadar untuk belajar percaya kalo apa yang udah dijalankan oleh-Nya pasti yang terbaik buat kita kan ya :)
BalasHapussemangat :D
@yudi: wajar tha? heheh.
BalasHapus@tika: yup! semangka asem! semangat kawan ayo semangat! tika, gud lak, yah! terimalah keputusanNya, atas segala apa pun yang telah kamu ikhtiarkan...
btw klo milih UGM knp bunuh diri?
BalasHapushmmm..crita spmbx sm kyk pngalamn ane...trdampar di fk yg sbnrx bkn harapan qt tp mnyesalix dn mratapix sbnrx tdk ada gunax tp qodarulloh wamaa sya a fa'al
wahahaha saya dapet juga nih FK UNS
BalasHapusAlhamdulillah dapet pmdk
nama saya wahyu hehe
dari delapan juga angkatan 2010
yang keterima pmdk cuma empat orang kak
spmb menyusul kayanya
Temen2 tercinta minta saran & masukan blog ini yea (koment yg banyak yea)
BalasHapusblog contest mandiri. silakan saran yg banyak buat blog/ buat bank mandiri
trim sbelumnya fren
http://mandirimerakyat.blogspot.com/
FK UNSRI juga oke.... PTN, terakreditasi A sejak tahun 1995
BalasHapus