JK: Perempuan. Status: Kawin

*haha... ini gambarnya gue bangett!*

Tau buku Daz Eva Prinzip? Buku keluaran Eva Herman asal Jerman tahun 2006 itu secara garis besar membahas tentang perempuan sesuai pemikiran penulisanya. Wew, katanya sih kontroversial. Karena di tengah perempuan feminis mutlak di Jerman khususnya, dan negara barat umumnya, buku ini berani menyuarakan sesuatu yang beda! Yaitu... tentang perempuan harus kembali ke rumah dan menikmati peran sebagai istri dan ibu.

Berawal dari gerakan feminis (yang lahir pada abad 17), perempuan memang jadi lebih PD tampil di muka umum, bahkan ada yang sampai mengabaikan aktivitas rumahan yang justru menjadi kewajibannya. Tapiiii ternyata... sekarang banyak yang menyadari, bahwa keluar dari fitrah itu sangat melelahkan! Allah sudah jelas menggolongkan laki2 dan perempuan, dengan kelebihan dan kekurangannya masing2, dengan peran dan tugasnya masing2, dengan tanggung jawab dan amalannya masing2... banyak para feminis yang tadinya notog njedog sekarang mengaku merasa hampa (*cailah!), kosong secara naluri, rinduuuu dengan kasih sayang keluarga.

Buku Daz Eva Prinzip bilang, it’s okay perempuan terjun ke masyarakat, tapi bukan untuk menjadi saingan laki2. Ga banget deh buku pendahulunya, karangan Simone de Beauvair, yang berjudul Gender. Buku itu mendorong perempuan untuk bersaing dengan laki2. Arrgghhh... salah. Bukan tentang saingan jenis kelamin, Bapak Simone... Buat apa sih memangnya seperti itu?

Oke, itu sekilas dari Jerman. Dan ada juga nih hal senada dari Jepang. Pemerintah negara matahari terbit itu menggalakkan slogan, “Ryousai Kenbo”. Ryousai itu artinya istri yang baik, kalo Kenbo artinya ibu yang bijaksana. Nahh.. kalo makna secara keseluruhannya kurang lebih adalah istri itu berperan sebagai menteri dalam negeri (tanggung jawab domestik) dan suami itu menteri luar negeri (urusan logistik dan publik). Maksudnya.. ada pembagian peran dan tanggung jawab yang sebenarnya. Ga masalah kalo perempuan mau ke publik juga, asal ga lupa domestiknya.

Kenapa slogan itu hadir? Hehe. Karena kementrian kependudukannya dibikin pusing sama perempuan Jepang yang ketagihan aktivitas di luar, yang parahnya lupa sama tanggung jawab rumahannya. Akibatnya? Persentase angka kelahiran menurun, persentase angka usia tua lebih dominan, persentase anak2 bunuh diri meningkat. Arrrggghh.. Kalau dibiarkan terus, bisa mengancam kemajuan negara Jepang. Makanya slogan itu hadir... Demi masa depan Jepang yang lebih baik. Katanya begitu.

Dari Jepang juga, saya belajar tentang lengkung M. Gini maksudnya... persentase perempuan bekerja memuncak di usia 20-an.. merosot di usia 30-an, dan naik lagi di usia 40-50an, abis itu otomatis turunlah. Hmmm...

Itu kan kabar dari Jerman dan Jepang... Sekarang dari milik sendiri deh.. eits, tapi bukan Indonesia yang saya maksud. Slogan Indonesia: 2 anak lebih baik. Saya sih ga ikut2an, dibahas next time deh topik itu. Ya.. milik saya adalah ajaran Islam. Hehe. Jadi kalau mau bahas perempuan di dalam ajaran Islam, sudah sempurna deh pokoknya. Mantap! Setau saya... peran perempuan ketika sudah menikah nanti ada 3. Pertama, sebagai zaujah muthi’ah (istri yang taat dan penyayang). Kedua, sebagai ummu madrasah (ibu pendidik). Dan ketiga, mar’ah shalihah (wanita shalihah).

Jelas kan? Bahwa selain menjunjung tinggi peranan zaujah muthi’ah dan ummu madrasah, Islam tidak mengesampingkan perempuan sebagai individu, yaitu wanita shalihah. Dimana untuk menjadi mar’ah sholihah Allah membolehkan perempuan untuk berfastabikul khairat mengaktualisasi diri. Boleh dari dala rumah, boleh juga berkontribusi ke luar rumah. So.. Islam tidak menghendaki potensi perempuan mati terkubur setelah menikah, tapiiii... yang harus digarisbawahi adalah peran utamanya, sebagai pendamping suami dan penyemangat anak2, mesti tetap didahulukan dari peran lainnya.

Paham.. paham... ketika sudah berani keluar, siap2 aja perempuan itu bukan hanya lagi milik suami dan anak2nya, tapi milik orang2 yang terkait dengannya. No matter. Itu sangat bisa disiasati. Ada keflexibelan, ada pengertian, ada strategi di situ. Asal fikihnya ga kelewatan, peran dan tanggung jawab utama perempuan ya di rumahnya, di tempat ia menjadi nyonya. Makanya emang bener dehhh: Behind the Great Woman, There is A Fabulous Man. Hehe. Bagi kita yang milih sebagai perempuan berperan ganda: domestik dan publik. Ingettt... tujuan nikah kita dulu adalah untuk menjadi sakanah (penentram) suami kita (yang di dalamnya ada komponen suami itu sendiri, anak2 suami, harta suami, rumah suami, baju suami, keluarga besar suami, sampai kopi suami).

Tapiiiii... saya juga bukan penganut just at home full time mother kok. Bisa keriput lebih cepet saya nanti, bisa ga pinter2 anak saya nanti, yang jelas bisa atrofi otak saya nanti. Bukan menganggap remeh pekerjaan rumah tangga, such as; mencuci, menyetrika, memasak, menyapu, benerin genteng (eh, ga termasuk ya?), dll.. Bukan sama sekali. Itu penting bangettt. Tapi sungguh... kita, perempuan, butuh aktivitas selain itu. Yang bisa nambah2in ilmu kita, yang bisa nambah2in pahala kita. Ya ampuuun... banyak banget kok yang bisa kita lakukan. Entah gabung LSM kek, ngajar dimana gitu kek, ikut pengajian, kursus kek. Banyak yang bisa kita lakukan sebagai Full Time Mother yang ga just at home aja. Cegah atrofi otak! Haha.

Komentar

  1. Kalau setiap perempuan yang berstatus kawin... menyadari perannya dalam rumah tangganya..insya alloh suaminya bahagia dan bangga dengannya...

    BalasHapus
  2. doakan aku bisa mlakukan peran megapenting itu dengan baik ya, miiii... huhuuu... mulkinya masih harus belajaaarr terus.

    BalasHapus
  3. subhanallah.. Ci Mul... harus banyak belajar ni dari Mulki...

    BalasHapus
  4. Menginspirasi, Ki. Salut.

    Oh iya, mau koreksi, Simone de Beauvoir itu perempuan.

    BalasHapus
  5. Saya share d facebook ya,artikelnya.syukron...:)

    BalasHapus

Posting Komentar

terima kasih sudah membacanya :D dan terima kasih sudah mau komen. hehe...

Postingan populer dari blog ini

Resume Buku Personality Plus

Lagi Galau?

Mengelola Keuangan Keluarga #4 : Tabel Pemasukan - Pengeluaran