Panik Tingkat Tinggi!!

Was2. Dari Album "Adegan Stasiun Kota" Suami.

KRIIING!!
Mulki               : Halo… #sambil ngaduk adonan brownies#
Penelepon 1     : Ya halo… benar ini rumah Bapak Slamet Suprianto?
Mulki               : Ya, benar.
Penelepon 1     : Bisa bicara dengan istrinya? #dengan nada butuh jawaban segera#
Mulki               : #rasa ga enak, mikir yang ga2# istrinya sedang kerja juga.
Penelepon 1     : maaf, ini dengan siapa?
Mulki               : Mulki, anaknya. Ada apa, Pak? #panik tingkat 1#
Penelepon 1   : Saya mau mengabarkan, mbak. Pak Slamet jatuh di kamar mandi. Kepalanya terbentur, mengalami pendarahan. Kondisinya sekarang tidak sadarkan diri.
Mulki               : Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Sekarang dimana, Pak? #panik tingkat 9#
Penelepon 1     : Di ambulance.
Mulki               : Ke rumah sakit apa, Pak?
Penelepon 1     : Saya ga tau. Coba tanya Pak Hermawan. Tadi beliau yang ikut ambulancenya.
Mulki           : #kok ga tau? Ah, mungkin ambulance kantor. Secara kantornya kan nuklir2an# Yasudah! Nomer HP Pak Hermawan berapa? Maaf, ini dengan bapak siapa?
Penelepon 1   : Pak Bambang, mbak. Temannya Bapak juga. Ini nomer Pak Hermawan. Catat, sudah pulpennya?
Mulki               : Sudah, Pak #gusrak2.. pulpen dan kertas belepotan adonan brownies#
Pak Bambang  : 0812*******.
Mulki               : Saya ulang, Pak. 0812******
Pak Bambang  : Segera ditelpon, ya.
Mulki               : Ya, terima kasih, Pak Bambang.
Pak Bambang : Oya, tolong HPnya Pak Slamet ditelpon. Tadi terjatuh di kamar mandi, dibawa sama temannya juga kayanya. Tapi coba ditelpon aja, kondisi seperti itu bisa aja kan..
Mulki               : Iya.. iya, Pak.
Pak Bambang  : Nomer HP ibunya berapa, Mbak?
Mulki               : 0815*******
Pak Bambang  : Ya, segera di telpon, ya. Kritis itu, Mbak, bapaknya.
Mulki               : Ya, Pak… #panik tingkat 99#
--------------------------------------------------------------------------------

Mulki           : #telpon Pak Hermawan. Tapi nadanya sibuk. Redial. Sibuk. Redial. Sibuk# Mungkin lagi nelpon Ummi.
Diena               : ……….. #masih ngaduk adonan brownies#
Ghifar              : Udah telpon Ummi?
----------------------------------------------------------------------------------------

Mulki               : #nelpon Ummi#
Ummi              : Halo…
Mulki               : Mi, Pak Hermawan udah nelpon?
Ummi              : Belum. Siapa?
Mulki            : Temennya Abi. Tadi ada yang nelpon #lantas saya ceritakan# Ummi telpon Pak Hermawan, ya.. #nomernya saya sebutin#
Ummi              : Ya, Ummi telpon.
Mulki               : Kasih tau ya, Mi, nanti…
-----------------------------------------------------------------------------------------

Mulki               : #nelpon HP Abi. Sibuk. Redial. Nomor tidak terinstall!#
Diena               : #ngaduk adonan brownies sambil netes2 air matanya#
Ghifar             : #beli air gallon. Tadi pagi sebelum berangkat kantor, Abi nyuruh Ghifar beli air gallon#
Mulki               : Ya Allah…
------------------------------------------------------------------------------------

Mulki               : #nelpon Kanda#
Kanda             : Halo, assalamu’alaykum, sayang?
Mulki               : wa’alaykumussalam. Kanda, abi.. #saya bercerita lagi# tapi aku belum tau Abi di rumah sakit mana, tadi masih sibuk HPnya Pak Hermawan.
Kanda             : Kanda pulang sekarang?
Mulki               : Ga usah. Nanti aja kalo udah tau RSnya.
Kanda             : Yaudah, kabarin, ya…
Mulki               : Ya. Aku telpon Pak Hermawannya lagi dulu.
-----------------------------------------------------------------------------------------

Baru tutup telpon, KRIIIING!
Mulki               : Ya, halo!! #aduh, telponnya kresek2 lagi!!#
Penelepon 2     : Kami dari UGD rumah sakit –ga jelas-, di sini ada pasien bernama Slamet Suprianto. Benar ini rumahnya?
Mulki               : Benar. Maaf, rumah sakit apa? #dengan nada suara tinggi#
Penelepon 2     : -ga jelas- #kresek2 mulu telponnya. Aaaah… di saat kaya gini! Plissss!#
Mulki               : Apa, Pak? Maaf, telponnya kresek2 #dengan nada suara tinggi kuadrat#
Penelepon 2     : MMC Kuningan.
Mulki               : Oh iya iya… bagaimana kondisi Bapak saya?
Staff MMC     : Ada tindakan yang harus segera dilakukan. Bisa bicara dengan istrinya? Kami perlu segera bicara.
Mulki               : Sedang di kantor, Pak.
Staff MMC     : Baik, tolong diberi tau, ya… Telfon Dokter Emmanuel. Beliau dokter yang menangani Pak Slamet.
Mulki               : Ya, Pak. Berapa nomornya?
Staff MMC     : 021 3******. Segera, ya. Kondisi pasien kritis.
Mulki               : Ya, Pak. Terima kasih #dengkul lemes, otak stress#
-----------------------------------------------------------------------------------------

Mulki               : #nelpon Ummi. Sibuk. Redial. Sibuk. Redial. Sibuk# Aaaahh.. Ummi ga bisa ditelpon… Dien, hpmu manaaaa? #ga bisa ngontrol suara#
Diena               : #ngasih HPnya. Nangis, tapi tetep  sambil membagi adonan browniesnya menjadi 3 bagian#
Mulki               : Far, ambilin HP gue dong di atas. Charger-in juga #sambil ngetik sms nomornya dr. Emmanuel untuk Ummi#
-----------------------------------------------------------------------------------------

Mulki               : #telfon Ummi lagi. Nada sibuk. Telfon Abi. Masih ga bisa. Telfon Kanda. Nyambung#
Kanda             : Gimana?
Mulki               : Di MMC Kuningan.
Kanda             : Yaudah, Kanda ke sana.
Mulki               : Iya.
-----------------------------------------------------------------------------------------

Ghifar diam, Diena nangis, saya bingung. Apa yang harus saya lakukan??

Mulki               : #nelfon Ummi lagi. Nada sibuk. Redial. Sibuk.#

Kondisi Abi gawat. Saya gatau Ummi sudah telfon dr. Emmanuelnya atau belum. Padahal harus segera. Saya sudah berfikir kemana2… Secepat inikah Abi? Abi pasti kuat! Allah akan menyembuhkan Abi… Allah akan melindungi Abi… Ya Allah… tolonglah… Ingin sholat, tapi sudah/baru jam 11…
-----------------------------------------------------------------------------------------

Pak Hermwn   : Butuh 24,5 juta sebagai uang muka, Bu..
Ummi              : Ya Allah… tolong ditalangi dulu, Pak.
Pak Hermwn   : Saya hanya ada 1 juta, Bu. Tidak cukup sebagai uang muka.
Ummi              : Tolong jadi jaminannya dulu, Pak. Nanti akan diganti.
Pak Hermwn : Kondisinya sangat mendesak, Bu. Saya ga bisa memutuskan apa2. Coba ditelpon saja dokternya.
Ummi              : Ya..
Pak Hermwn : Atau Ibu telpon ke Staff TU kantor deh. Biasanya kantor bisa nyediain dana. Saya ada nomernya.
Ummi              : Ya, boleh.
Pak Hermwn   : Nomernya *** *****
Ummi              : Ya, terima kasih.
-----------------------------------------------------------------------------------------

Staff TU          : Halo….
Ummi              : Halo…. #menceritakan kejadian dan keperluan#
Staff TU         : Biasanya memang bisa, Bu.. tapi sekarang sedang tidak bisa. Karena kantor sudah tutup buku.
Ummi              : Tidak bisa diusahakan?
Staff TU          : Coba saya tanyakan dulu, Bu. Nanti saya hubungi lagi. Nomor HP Ibu?
Ummi              : 0815*******
-----------------------------------------------------------------------------------------

Tante Sri          : Ya, Mbak?
Ummi              : Abi.... #menceritakan kondisinya# saya masih di kantor, dari tadi belum bisa berangkat.
Tante Sri          : Ya, kami duluan ke MMC.

Tante Sri dan Mbah langsung naik taxy, membawa uang yang dibutuhkan. Keadaan sangat membuat panik mereka. Mengingat om kami sudah lebih dulu berpulang ke rahmatullah akibat pendarahan otak 2 atau 3 tahun lalu.
-----------------------------------------------------------------------------------------

Ummi              : Tolong lakukan yang terbaik, Dok.
Dr. Emman      : Iya. Tapi sangat dibutuhkan alat itu, Bu.
Ummi            : Ya, kami akan mengganti. Sekarang sedang diusahakan uangnya. Tolong sekarang lakukan yang terbaik, Dok.
Dr. Emman      : Ya, Bu. Tapi kondisi Bapak sangat butuh adanya alat itu.
Ummi           : Keluarga sedang mengusahakannya dan menuju RS. Saya masih di kantor belum bisa kemana2.
Dr. Emman      : Ibu ngeyel ya. Kondisi Bapak terus menurun. Telfon ini sudah direkam. Kalau terjadi apa2, Ibu tidak bisa menuntut rumah sakit.
Ummi              : Saya pasrah, Dok. Saya sudah melakukan yang bisa saya lakukan.
KLIK!
-----------------------------------------------------------------------------------------

Mulki               : Kalian punya no hp temennya Abi?
Diena               : Ga.
Ghifar              : Ga.
Mulki               : Far, cariin nomer telpon kantornya Abi di internet.
Ghifar              : Iya.
Diena               : Di kamarnya ada kali. Di tumpukan kertas.
Ghifar mencari di internet, saya dan Diena mencari di kamar. Ternyata ada di salah satu kertas undangan rapatnya Abi.
-----------------------------------------------------------------------------------------

Mulki               : #ada 3 nomor. Coba satu2 deh. Nelpon#
Operator          : Kantor BATAN.
Mulki               : Bisa disambungkan ke Pak Slamet Suprianto?
Operator          : Maaf, ini central. Bapak Slamet yang di bagian apa?
Mulki               : Bagian keselamatan.
Operator          : Sebentar…
Mulki               : Ya.
Operator          : Maaf, sepertinya di sana sedang kosong..
Mulki               : Di kantor habis ada kejadian sesuatu, Pak?
Operator          : Wah, saya ga tau, Mbak.
Mulki               : Yasudah, terima kasih…
-----------------------------------------------------------------------------------------

Diena nutup wajahnya dengan bantal, nangis. Ghifar masih di depan komputer. Saya bingung… Ngukus browniesnya saja. Sambil berdoa… Terus.. terus… Selamatkan Abi, Ya Allah…

KRIIINGG!!
Mulki               : Aaaaahhh… takuuttt!! Gue ga mau angkat telpon! #takut sekali#
GhiDien          : Angkat, Kiiii!!!
Mulki               : …. #angkat telpon#
Ummi              : Halo…
Mulki               : Gimana Abi, Mi?? Udah ke rumah sakit?
Ummi              : Penipuan, Ki.. Abi gapapa. Sekarang lagi rapat di Puncak (Bogor).
Mulki               : Yang bener???
Ummi              : Iya #dengan suara masih lemes#
Mulki               : Lah? Kok bisa gini? HPnya Abi hilang? Aku telpon ga bisa2.
Ummi              : Ga kok. Coba aja telpon lagi.
Mulki               : Beneran nih, Mi?
Ummi              : Iya, bener…
Mulki               : Alhamdulillah… Trus ditipu apa?
Ummi              : Ga kena. Tadi disuruh bayar uang muka 24 juta.
Mulki               : Alhamdulillah… Yasudah..
-----------------------------------------------------------------------------------------

Alhamdulillah, wa syukurillah… walau dengkul masih lemes, tapi semangat sudah kembali menyala. Walau kepala masih berdenyut2, tapi hati sudah kembali mengenali apa itu bahagia.

Diena               : Jadi penipuan?? #mata netes air mata, tapi muka sumringah banget#
Ghifar              : Aaaaaah… ini semua gara2 Mulkiiii… Bikin panik semua orang!
Mulki               : Diih, kenapa guwwweeee??? Emang gue yang nipuuuuu?
Ghifar              : Abi kan lagi dinas di Bogor -baru paginya berangkat-
Diena               : Iya, katanya Abi jatoh di kamar mandi kantor. Abi kan kalo dinas ke Bogor ga ke kantor dulu.
Mulki               : Gue tau Abi dinas, tapi gue ga tau Abi di Bogor.. Lagian tadi Pak Bambang Surambang itu ga bilang kalo jatohnya di kantor siiih. Gue pikir kan di tempat dinasnya.
Ghifar              : Lagian dibawanya ke RS MMC Kuningan. Abi kantornya di Serpong.. Jauh amat… Keburu gimana2 deh. Lu sih aneh…
Mulki               : Ettt… Gue kagak tau kalo Abi rapat di Bogor. Sering juga kan Abi rapat di hotel dalam kotaaaaa. Gue pikir hotelnya di Kuningan, makanya dibawa ke situ. Udah ah, gue mau telpon Abi dulu…
-----------------------------------------------------------------------------------------

Mulki               : #nelpon Abi#
Abi                  : Halo…
Mulki               : #alhamdulillah, nyambung…# Halo… Abi gapapa?
Abi                  : Iya, gapapa. Abi lagi rapat di Bogor.
Mulki               : Beneraaaaannn???
Abi                  : Iya..
Mulki               : HPnya Abi ilang??? #ga mikir apa tadi lu telpon ke HP sapaaaahh?#
Abi                  : Ga…
Mulki               : Kok bisa gini? Tadi HP Abi Mulki telpon kok ga bisa terus?
Abi                  : Sepanjang rapat, HPnya Abi ada yang telpon terus. Tapi kalo diangkat ga ada yang sahut. Abi ga bisa lihat sms yang masuk. Abi juga ga bisa calling ke luar, karena ditelpon terus2an.
Mulki               : Yasudah, alhamdulillah…
Abi                  : Udah, ya.. Abi rapat lagi.
Mulki               : Iya… Abi hati2 ya kalo ke kamar mandi. Ga boleh jatoh.
Abi                  : Iyaaa...
Mulki               : Yaudah, Diena udah nangis2 noh…
Abi                  : Hehe.. Abi ga kenapa2. Udah, ya… Assalamu’alaykum.
Mulki               : Wa’alaykumussalam.
-----------------------------------------------------------------------------------------

Bagaimana bisa ketahuan?

Temen Ummi1: Coba telpon kantor Puspitek dulu, Bu #kantor BATAN,tempat Abi kerja. Kalo Ummi, kantor BATAN yang di Pasar Minggu#
Temen Ummi2: Ya, Bu. Saya juga akan telpon suami saya. Suami saya biasanya tau kalau ada kejadian apa2 #karena suami beliau satpam di kantornya Abi#
Temen Ummi1: Atau telpon Pak Nababan. Sepertinya beliau juga ikut rapat yang diikuti Pak Slamet. Saya ada nomornya. Saya telpon beliau dulu.
Tante Inang     : Saya minta nomer HPnya Pak Slamet, Naz..
Ummi              : #menyebutkan nomor HP Abi#
Tante Inang     : #mengirim sms ke Abi#
Temen Ummi1: Kata Pak Nababan, ada Pak Slametnya di sana, Bu. Sedang rapat.
Ummi              : Yang benar??
-----------------------------------------------------------------------------------------

Lalu HP Ummi berdering, ada nomor asing masuk, ternyata itu Abi memakai nomor temannya… Memberi taukan bahwa dirinya baik2 saja. Fiuh! Alhamdulillah…

Hati2… Mereka sangat licik. Ketika itu, mereka berhasil menciptakan suasana yang pas. Suara seperti benar2 bapak kantoran, seperti pegawai rumah sakit sungguhan, dengan gaya bicara yang emergency, titik koma dan penekanannya sangat pas. Sampai ada backsound ambulance juga, sehingga semakin meyakinkan kami. Ada staff TU kantor dan dokter gadungan yang dilibatkan… HP Abi ga bisa ditelpon pula. Sangat professional. Alhamdulillah, semata2 Allahlah yang melindungi kami… Sehingga kami terhindar dari akal licik mereka.

Tante Inang     : Minta HP yang telpon2 tadi, Naz..
Ummi              : #menyebutkan 2 nomor yang daritadi membuatnya panik#
Tante Inang     : Hey… coba kalau anak istrimu yang dikerjai kaya gini. Gimana??? Mau dapat uang aja harus menipu!!
-----------------------------------------------------------------------------------------

Ummi alhamdulillah masih fokus, sehingga masih ingat dengan Kanda dan tante Sri. Sehingga Kanda yang sudah akan berangkat ke MMC, tidak jadi berangkat… Sedangkan tante Sri dan Mbah yang sudah di taxy perjalanan ke MMC, kembali lagi ke rumah.

#alhamdulillah, jantung Mbah ga kenapa2 denger Abi diberitakan kaya gitu#

Sungguh kita lemah, tidak ada daya dan upaya tanpaNya…

Komentar

  1. Kemarin saya juga di telpon dengan modus hampir serupa. Tapi langsung saya matikan.

    Cara kenali jika penipuan mudah:
    1. Private number.
    2. Suara dibuat samar dgn backsound yang mendominasi. Seolah2 benar.
    3. Jangan mudah percaya dengan model transfer uang/pulsa/voucher.

    Agar terhindar, jangan suka publish nomor handphone/rumah di internet/kpd orang yang tidak dikenal.
    Semoga Allah senantiasa melindungi kita semua.

    BalasHapus
  2. aamiin. trm ksh, mas tyo. tapi mereka memang tidak menyuruh kami untuk transfer uang... kayanya mereka nunggu inisiatif kita untuk minta nomer rekening yang bisa untuk ditransfer...

    BalasHapus
  3. ya ampun Mulki, gw ampe deg2an bacanya. Penipuan bener2 serem ya x(

    BalasHapus
  4. astagfirullah... niat bgt sih kejahatan kaya gitu.. :(


    untung abinya ngga papa y sista.. :)

    BalasHapus
  5. @nien : iyaaaa... x( gue ga mikir itu penipuan sm skali tadinya...

    @enno: iya.. alhamdulillah... huhuuu. hati2, sist :)

    BalasHapus
  6. Masya Allah mba, aq bacanya beneran panik loh. Ternyataaa.....

    BalasHapus
  7. Kalau pengalaman saya "dikerjain" lewat SMS. Dibilang kakek saya kecelakaan di Blitar padahal kakek saya sudah wafat 1 tahun yang lalu. Kita kudu ati-ati supaya tidak terjebak serigala-serigala seperti mereka. Semoga Allah melindungi kita semua. Amin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin. iyaaa.. masya Allah.. zaman skrg benar2...

      Hapus

Posting Komentar

terima kasih sudah membacanya :D dan terima kasih sudah mau komen. hehe...

Postingan populer dari blog ini

Mengelola Keuangan Keluarga #4 : Tabel Pemasukan - Pengeluaran

Mengelola Keuangan Keluarga #3 : Pembagian Porsi, Tunjangan Dadakan, Tabungan Cair

Resume Buku Personality Plus