Rumah #6 : Deal! Alhamdulillah :)
17 Februari 2015
Benar saja, keesokan sorenya, ummi, abi, maskodok, dan istri mendatangi rumah yang ditaksir. Dan Alhamdulillah, penilaian Abi dan Ummi terhadap rumahnya positive. Bahkan Abi sampai tidak jadi menawar harga rumah. Waddduh! *tepok jidat* Mungkin karena benar2 sudah lihat lokasi, kondisi rumah, dan tau kalo rumah sekitar situ banyak dijual sampai 1-1.5M.
Abi hanya bilang, “Bagus. Pemilik rumahnya juga keliatan orang baik dan jujur. Yaudah.. bicarain lagi aja sama Mas Donnynya kalo kalian emang suka.”
Perasaan maskodok dan istri campur2 banget saat itu. Mereka memang suka dengan rumah dan pemiliknya, tapi bingung bagaimana cara bayarnya dalam waktu yang tidak terlalu lama. Maksudnya gini, maskodok dan istri ingin semua pihak sama2 puas dan senang. Pihak maskodok dan istri ridho, pihak mas Donnynya pun ridho. Ga ada yang merasa terugikan sedikitpun. Uwuwuwuwuwuuuuuuu.. Akhirnya mereka saling menyemangati dan menguatkan. Bismillah, maju terus.
Oh iya.. intermezzo.
Dulu ada yang pernah bilang gini ke istri maskodok, “Masheri itu terlalu baik sama orang lain. Menolong keluarganya untuk punya rumah, untuk punya usaha, untuk punya mobil, terlalu loyal sama ponakan2nya, terlalu loyal ke temen2 kantornya, padahal dirinya belum memiliki, belum longgar. Boros. Kalo aja ga segitunya, mungkin sudah keliatan hasilnya kerja sekian tahun. Orang lain yang kerja baru2 aja sudah punya rumah, mobil. Padahal ya, ketika nantinya masheri itu butuh, belum tentu keluarga dan teman2nya mau membantu masheri.”
Ini memang pikirannya manusia. Ini memang hitung2annya manusia.
Tapi justru pada poin itu yang sebenarnya membuat istri maskodok jatuh cinta berulang kali ke maskodok. Istrinya berkeras hati, bahwa kebaikan hati akan selalu wangi dan berbuah manis. Tidak akan ada yang terbuang dan mati dari kebaikan hati, jika ia ikhlas dan benar.
Istri maskodok pun berkeras hati, bahwa solusi mereka bukan uang, karena Tuhan mereka pun bukanlah uang. Tapi Allah. Maka solusi mereka adalah kehendak Allah Azza Wajalla.
Iya… Punya rumah itu bukan semata karena punya uang, tapi karena Allah yang menghendaki demikian. Daftar haji itu bukan semata karena irit dan pintar nabung, tapi karena Allah yang menghendaki demikian. Punya anak itu bukan semata karena punya suami, tapi karena Allah yang menghendaki demikian. Maryam saja tidak punya suami, tapi bisa memiliki anak. Karena memang begitu kehendak Allah terhadapnya.
Maka pertanyaannya, bagaimana kehendak Allah atas setiap hajat kita?
18 Februari 2015.
Maskodok nelvon mas Donny, melakukan tawar-menawar. Alhamdulillah, semua kehendak Allah, Mas Donny memberikan diskon sekian juta, beliau juga akan merenovasi kecil2an sehingga ketika ditempati nanti benar2 bersih dan seperti rumah baru, dan maskodok dibebaskan dari biaya agen. Dan akhirnya, maskodok sepakat.
Lalu sorenya, sepulang kerja, maskodok dan istri kembali silaturahim ke rumah tersebut, sambil membawa booking fee sebesar 10juta dan materai. Cepat ya prosesnya? Hari senin lihat, hari Selasa ngajak orang tua lihat, hari Rabunya sudah deal. Iya, Alhamdulillah. Allah berkehendak demikian :) mereka hanya mengikuti. Karena memang benar2 laa haula walaa quwwata illa billah.
Mas Donny bercerita, “Kami sangat sayang sama rumah ini. Namun karena ada keperluan, kami jual. Kami menjual rumah ini pakai hati. Kami percaya masheri dan mbak mulki akan merawat dan manfaatkan rumah ini dengan baik. Sejujurnya, sekarang pun ada orang yang sudah melihat2 rumah ini. Dia ga nawar harga dari saya, bahkan dia bilang akan membayarnya cash. Namun saya dan istri sudah diskusi, kami mantap menjual rumah ini ke masheri dan mbak mulki. Saya yakin, tetangga2 sini pun akan senang memiliki tetangga baru seperti masheri dan mbak mulki.”
Kata2nya sederhana, tidak bertabur kiasan dan metafora, cenderung to the point, tapi aaaakk… maskodok dan istri melted sekali mendengarnya. Betapa tidak? Ada yang berani beli ga pake nawar dan minta diskon2 lainnya, bisa langsung cash malahan, tapi mas Doni malah memilih menjualnya ke maskodok dan istri. Ini lojik bagian mana yang bekerja? Ini lojik bagian mana yang bekerja kalo bukan kuasa, kehendak, dan rezeki dari Allah?
Iyap iyap.
Kisah rumah maskodok dan istri adalah bukti dari: “Jika Allah sudah berkehendak, ga akan ada yang ga mungkin. Tugas kita hanya menjalani prosesnya dengan hati-hati.” Lojik dari mana maskodok bisa mendapat rumah itu, padahal ia hanya sedang memegang cash seperdelapan dari harga rumah tersebut? Ini beneran.
Kisah rumah maskodok dan istri adalah bukti dari : “Allah Mahakaya. Minta apapun sama Allah. Ga usah ragu. Berencanalah sebaik2nya. Allah Mahabaik. Minta apapun sama Allah. Ga usah ragu2. Berusahalah sebenar2nya.” Ga usah kita sampai mengecilkan rencana2 kita, ga usah kita sampai mengerdilkan pikiran2 kita, ga usah sampai kita membatasi usaha2 kita, karena Allah itu tidak kecil, tidak kerdil, dan tidak terbatas.
Kisah rumah maskodok dan istri adalah bukti dari : “Tuhan kita Allah Azza Wajalla. Tuhan kita bukan uang, atau pangkat, atau keturunan siapa.” no explanation needed. Karena sudah jelas dan gamblang :)
Dan alhamdulillah alhamdulillah alhamdulillah...
♡ Orangtua ridho.
♡Mendapat pemilik lama rumah yang baik; Bertambah saudara, mendapat diskon, mendapat renov kecil, dibebaskan dari membayar agen, sekaligus mendapat konsultan rumah yang bener2 tau kondisi rumahnya. Kan Mas Doni arsitek; usahanya di bidang developer dan design interior. Hihihi.
♡ Kelancaran proses.
♡ Trust dari teman dan saudara sehingga mau memberikan soft loan kepada maskodok dan istri untuk melengkapi Down Payment (DP) 300juta. Balikinnya gimana? Alhamdulillah semua sudah masuk perhitungan. Ada kok uangnya, hanya saja sekarang sedang ga cair. Nekat itu harus tetap perhitungan- harus terukur.
♡ BI checking baik.
♡ Dan gongnya adalah BSM setuju dengan nilai KPR yang maskodok dan istri ajukan. Tidak kurang sepeser pun. Yippy! Alhamdulillah ‘ala kulli hal.
Lantas masih bisa ragu dengan kuasa Allah? Masih bisa ragu dengan kasih sayang Allah? Masih bisa ragu dengan rezeki Allah? Sungguh rezeki itu pasti, tugas kita hanya memastikan menjemputnya dengan layak dan benar. Sungguh rezeki itu sudah tertulis, begitu pun jodoh dan ajal, tinggal kita selanjutnya mau ditulis oleh malaikat menjemput semuanya dengan amal yang seperti apa.
Jika boleh memberi simpulan akhir :
♥ Membeli rumah ini adalah proses yang panjang. Bukan dimulai semenjak mengatakan, “yuk beli rumah.” Bukan. Karena hidup ini bukan episode2 yang terpotong2, tapi episode yang berkaitan, bersambungan, dan berpola sebab dan akibat.
♥ Just be bold, be brave, and be kind to everyone.
♥ Sekali lagi, Tuhan kita itu Allah. Bukan satu pun yang lainnya.
♥ Sebut aku kekanakan karena aku mempercayai keajaiban.
Dan apakah kejaiban? Keajaiban adalah buah dari tawakal.
Lalu apakah itu tawakal? Tawakal adalah ketika kita sudah berusaha dan berdoa, lalu sebenarnya kita merasa bahwa hal itu ga mungkin terjadi buat kita, TAPI kita tetap MEMPERCAYAKAN SEUTUHNYA kepada Allah Subhanahu wata’ala.
masya allah,,, :")
BalasHapusselamat ya mba mulki :)
Udah punya rumah aja nih mulki.. barakallah yak :D
BalasHapusDear mbak Mulki,
BalasHapusCerita yang manis sekali, dan saya ikut seneng loh bacanya. Hati jadi hangat :)
Gak terasa juga saya udah baca2 blog mbak hampir setengah jam. Awalnya gara2 nyasar di post yang beli kompor dan akhirnya kemana2. Saya suka sekali sama tulisan mbak.
Anyway, saya cuma mau menyampaikan bahwa selama setengah jam ini, timbul rasa kagum dan respect sama mbak dan suami. Membuat saya jadi sadar kalau saya masih jauuuuuuh banget kualitasnya dibandingkan kalian -- keimanan, kepandaian, keasyikan bercerita hehehe.
Terima kasih sudah menginspirasi, semoga Allah selalu melindungi dan merahmati mbak dan keluarga.