22 April 2006

"Dek, abi udah berangkat belom? Syukron."
Yup, delivered.
1 message received.
Show.
"Udah,mpok."

Selesai kumpul2, ngobrol2, makan2, doa2 bareng sama anak2 (bukan anak ding, temen2 maksudnya), saya langsung keluar ruangan.
ternyata, eh ternyata,
ada seorang bapak2 di tengah lapangan.
Bener2 di tengah lapangan. Ga boong.
Idih, PD banget.
Dan ternyata, eh ternyata,
itu bapak saya.

Jalan menghampiri.
"Kok ga bawa hp sih, bi? Ngapain pula di tengah lapangan? Yuk!"
Mulut bertanya, tangan gandeng nggeret, kaki melangkah berlalu.
"Hehe, biar keliatan kamu."
Hheu? Ada2 aja sih..
"Itu kue banyak amat?"
Sambil masuk mobil.
"Iya nih, tadi ngembat."
"Haram dong?"
Aduh, si abi.
"Kagak. Orang milik bersama kok."
"Kok ngembat sih istilahnya?"
"Hehe."

Perjalanan pulang sampai rumah diisi dengan mendengarkan mp3, sembari baca buku, sembari makan kue juga, dan sembari ngobrol sama bapak saya. (sembarinya banyak ye?)
"Gimana rencana ke depan?"
Was wes wos... Panjang dah pokoknya!

Nyampe di rumah disambut hangat oleh sinar mentari senja dan adik2 tercinta yang kdg perhatian, tapi kdg nyebelin.
Masuk rumah dengan lenggang kangkung,
karena bawaan saya dibawain sama Diena (adik bungsu saya),
segala tas, buku, ampe kue2nya. (Repot dah tuh!)
"Assalamu’alaykum. Umi mana?"
"Lagi ke rumah Bu Ikhsan"
Jawab Qowi (adik pertama saya), tanpa matanya lepas dari game football managernya.

Pukul 18.15
Abis sholat maghrib.
Terjadi percakapan oleh orang tua saya di ruang tamu.
Sedangkan saya? Lagi nyelesein baca buku di ruang keluarga.
"Ceria amat nih kayanya, anaknya pulang sih ya?! Jadi bisa kumpul lengkap deh."
"Iya, udah jarang kaya gini. Anaknya ngilang mulu sih."
"Tau tuh, apalagi si Mulki, sampe dibela2in njemput ke sekolahannya. Kalo gak digituin, gak pulang2 ntar dia."
"Ya, anaknya udah pada gede2. Udah banyak kegiatannya sendiri2."
"Kalo anak2nya lagi pada kagak ada, liatin aja tuh fotonya. Kan udah dibingkain yang gede banget no!"
"Ya. Tapi pengennya selalu ngumpul, dan moga kita semua nanti bisa kumpul lengkap lagi di surga."
"Amin."

Walau tak bergabung dalam obrolan,
tapi saya yang mendengarkan merasakan emosi yang lebih dari mereka yang berbicara.
Bahagia sekali.
Juga sedih sekali.
Bersyukur, bersyukur sekali.
Saya amini kalimat terakhir umi berulang kali.
Saya berharap yang sama.
Berharap sekali.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengelola Keuangan Keluarga #4 : Tabel Pemasukan - Pengeluaran

Mengelola Keuangan Keluarga #3 : Pembagian Porsi, Tunjangan Dadakan, Tabungan Cair

Resume Buku Personality Plus